Mengunjungi Babi Rusa Ribuan Tahun yang Lalu di Leang-leang Kab. Maros, Sulawesi Selatan.
Mengunjungi Babi Rusa Ribuan Tahun yang Lalu di Leang-leang Kab. Maros, Sulawesi Selatan.

Sulawesi terkenal dengan simbol ayam jagonya dengan Slogan EWAKO, hanya ada satu tempat yang saat itu menjadi destinasi wajib saya saat itu, yaitu Leang-leang yang berada di Kawasan karst Kab.Maros. Bukit-Bukit Karst Ribuan tahun ini menorehkan jejak peradaban di tengah kemajuan teknologi, dimana layanan online terus berkembang pesat hingga saat ini. 

PERJALANAN MENUJU GUA (SUSAN,SUKAM & IMAM)
PERJALANAN MENUJU GUA (SUSAN,SUKAM & IMAM)

Saat itu saya ditemani oleh 3 orang dari Makassar yang saya kenal secara random di wilayah Sulawesi Selatan Kec.Malino. Saya bertemu dengan Imam anak muda dari Kota Makassar dan 2 Kakak-kakak perempuan bernama Suzan dan Sukma. Perbincangan mengalir dan saya mengajak mereka bertiga untuk ke Leang-leang melihat gua purba. Ternyata mereka belum pernah mengunjungi dan melihat Lukisan-lukisan purba yang ada di Maros. 

FOTO DIDALAM GUA (ANWAR,SUSAN,SUKMA,IMAM)
FOTO DIDALAM GUA (ANWAR,SUSAN,SUKMA,IMAM)

Lantas kami menyusun waktu untuk mengunjungi Leang-leang, saya pun malamnya mencari informasi sebanyak mungkin tentang Leang-leang untuk mendapatkan referensi gambar-gambar cadas apa yang ada disana. Diatas sofa imam aku terbaring sambil membuka laptop dan menemukan satu youtube yang menjelaskan bahwa baru ditemukan gambar cadas dengan usia 51.200 tahun yang lalu dan menjadi lukisan tertua di dunia. Ini membuat saya semakin tertarik untuk mengunjunginya. 

PERJALANAN MENUJU LEANG-LEANG.

Telepon berdering, panggilan masuk dari Kak Suzan yang sudah menunggu kabar dari Saya dan Imam. Saya kaget saat melihat jam, karena bangun cukup telat dari kesepakatan kami. 

Akhirnya saya bergegas mandi dan sarapan bersama. 

Dengan mobil datsun abu-abu kami berangkat dari Makassar menuju Leang-leang. kurang lebih perjalanan 1 jam 30 menit. Melewati kemacetan dan jalan tol kami disuguhkan pemandangan perbukitan karst serta hamparan sawah dengan rumah panggungnya. Lahan padi yang mengering berwarna kuning dengan background bukit karst disepanjang jalan menuju Kawasan Leang-leang. Dimanfaatkan oleh warga untuk melepaskan kerbau dan kuda yang menjadi pelengkap pemandangan saat itu. Ditambah lagi dengan langit yang cerah membuat saya langsung ingin mengabadikannya. Sambil tersenyum saya terus mengabadikan moment yang sudah lama saya rindukan ini.  

LEANG-LEANG 

Tak hanya kami yang mengunjungi Leang-leang. Ternyata disana terdapat adik adik dari sekolah dasar yang sedang melakukan kunjungan wisata. Ditemani beberapa guru, mereka tampak semangat dan antusias. Begitupun saya, kerinduan akan suasana hutan dan pegunungan menyeruak dalam diri. Saya begitu menikmati pemandangan gua batu yang ada dihadapan saya saat itu. Anwar, adalah pemandu wisata kami yang menerangkan setiap sudut gua beserta gambar-gambar bersejarah yang telah berusia ribuan tahun. Dengan buku dan bolpoin para siswa sekolah mencatat penjelasan anwar. Begitu pula rombongan kami menyimak dengan seksama proses sejarah serta arti yang terlukis di dinding gua. Anwar juga menjelaskan peradaban sejarah di Sulawesi berdasarkan dari lukisan purba yang kami lihat. 

ADIK SEKOLAH DASAR SEDANG MEMPERHATIKAN PENJELASAN PEMANDU
ADIK SEKOLAH DASAR SEDANG MEMPERHATIKAN PENJELASAN PEMANDU

Gambar hewan berbentuk babi rusa hingga cap tangan dengan warna merah ini menghiasi dinding gua. Gambar ini dibuat dengan beberapa metode, ada yang di lukis dan ada juga dengan metode sembur. Seperti gambar cap tangan ini diyakini membuatnya dengan metode sembur. Di dinding gua ini ternyata gambar cap tangan ini tidak hanya ada yang berbentuk 5 jari namun ada juga cap tangan yang berbentuk 4 jari, pungkas Anwar. Hal ini membuat saya takjub dengan karya lukisan purba ini. Bagaimana tidak takjub, lukisan-lukisan seperti ini hanya ada di beberapa negara dan salah satunya ada di Indonesia dan lukisan purba tertua itu ada di Sulawesi Selatan.

GAMBAR BABI RUSA DI MUSEUM
GAMBAR BABI RUSA DI MUSEUM

MUSEUM LEANG-LEANG

Setelah berkeliling ke dua gua, Kami Mengunjungi museum gambar purba. Museum yang berukuran 6×9 meter ini menjadi lumbung informasi tentang peradaban Sulawesi. Bagaimana tidak, disini kita disuguhkan dengan gambar cadas, batu, bahkan gambar 3 dimensi lukisan purba. Dari Maros hingga Button peradaban terabadikan dengan baik. Tak hanya gambar cadas, disini ada juga replika ekskavasi penemuan kerangka manusia purba, fosil makhluk hidup  dan barang-barang yang digunakan pada saat itu oleh mereka. Salah satunya batu ike yang dulunya digunakan untuk menghaluskan dan meratakan kain kulit kayu. 

FOSIL HEWAN
FOSIL HEWAN
BATU IKE
BATU IKE
GAMBAR CADAS BERBENTUK KERBAU
GAMBAR CADAS BERBENTUK KERBAU

PERADABAN TAKKAN PERNAH MATI.

Ternyata peradaban itu takkan pernah mati. Peradaban terus ada walaupun zaman terus maju dengan segala kecanggihan teknologi. Lukisan cadas berusia ribuan hingga puluhan ribu tahun ini menjadi saksi perjalanan peradaban manusia. Di gua-gua Maros, saya menemukan lebih dari sekedar lukisan di dinding. Menemukan bukti nyata bahwa semangat kreatif dan kemampuan bercerita manusia telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Karya seni gambar cadas ini membuktikan bahwa peradaban manusia takkan pernah mati. Meski dalam bentuk yang berbeda ia takkan pernah mati. Terus hidup dan berkembang dan terus diwariskan dari generasi ke generasi, dari zaman batu hingga era digital saat ini. Harta karun dunia yang harus kita jaga Bersama-sama.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here