Pertunjukan musik kreatif yang diadakan di Taman Krida Budaya Jatim sebagai bagian dari penutupan Jatim Art Forum Dewan Kesenian Jatim pada 8 November 2023 (Rabu malam) menampilkan dua kelompok musik yang memukau: Arca Tatasawara dari Malang dan Ndalungnesia dari Jember.
Pertunjukan musik pada malam puncak Jatim Art Forum memberikan pengalaman yang luar biasa bagi para penonton dengan perpaduan musik kreatif yang unik dan atraktif. Arca Tatasawara dan Ndalungnesia berhasil tampil dengan karakter dan warna sajian komposisi yang khas masing-masing grup.
Arca Swaratata dari Malang
Arca Tatasawara dari Malang membuka pertunjukan dengan suara dan instrumen band pada umumnya seperti drum, elektrik gitar, gitar akustik, bass, serta instrumen berbasis tradisi suling serta dawai dari bali. Tatasawara terdiri dari enam personil: Faizal (Suling Kendang), Nova (Vokalis, Kecapi), Agus Wayan (Sape, Panting), Toetut (Biola), Muhammad (Bass), Koko (Lead Gitar), Adit (Drum), kemudian turut tampil penari sufi.
Arca Tatasawara berhasil menciptakan atmosfer yang mudah didengar (easy listening) walaupun dari aspek kedalaman teknikal pada ruang komposisi masih belum tampak “kenakalan-kenakalan bunyi” yang dimunculkan, saya melihat masih dalam penyajian mencari titik aman. Musik mereka memadukan elemen-elemen dari berbagai genre, pertautan harmoni yang disuguhkan masih sebatas kagum, tapi belum mencapai tataran emosional serta energi yg menghantar pada lagu yang dibawakan, tapi jika lebih diolah lagi maka sajian kemarin malam akan nampak dahsyat jika ada prolog atau narasi yg disampaikan para penyaji dengan menjelaskan kebermaknaan komposisinya.
Keunikan Arca Tatasawara terletak pada Style Kostum yang tertata rapi serta layak pandang dalam tataran publik umum, saya menyebutkan dalam konteks Kosmetika Pertunjukan berbalut (etnik) dan ini ditampilkan dengan fashionable ala mereka, tapi ini menjadi sebuah tawaran yang menarik juga dari skema sajian penutup musik JAF kemarin malam. Mereka menggabungkan aspek harmoni beat progresif, distortion dari lead gitar, serta dominasi dawai bali, serta sapek modifikasi, dengan permainan drum yang cenderung hanya menguatkan saja dan penguatan karakter vokal yang mempunyai daya lengking seperti rocker era 80 an-90 an.
Secara global, sajian komposisi yang dikreasikan tadi malam sudah layak dengar hanya perlu digali lagi kedalaman sajiannya, mengingat momen JAF ini merupakan presentasi karya yang lebih menitikberatkan pada penguatan konsep yang berimplikasi sebagai tawaran-tawaran baru dalam dinamika musik di Jatim.
Ndalungnesia dari Jember
Ndalungnesia dari Jember menyusul dengan penampilan gemilang. Mereka membawa nuansa tradisional ke panggung dengan instrumen-instrumen etnik (suling, patrol banyuwangi, vocal khas Osing) yang menghanyutkan dengan pola mem-bounding hasil sampling suara etnik lokal Osing serta pukulan perkusive, rhythm yang coba di reinterpretasi dalam sajian musik-musik elektro, EDM. Perpaduan itu memberi kesan yang elegan kepada penontonnya.
Komposisi berjudul “Suwar Suwir”–nama kue khas tapal kuda– rasanya manis, ada kecutnya, legit. Nama grup itu merepresentasikan sajian dari grup Ndalungnesia. Musik mereka membawa suasana untuk merayakan warisan budaya Jawa Timur dan mengajak penonton terutama para pendengar generasi gen z untuk masuk dalam perjalanan musikal yang menyusuri wahana suasana tradisi, masa depan dengan warna dark, keemasan tapi sedikit blur, begitulah kira-kira suasana visual yg tergambar dalam sajian bunyi mereka.
Instrumen-instrumen tradisional seperti gamelan, angklung, dan kendang diolah dengan kreativitas luar biasa dengan pola sampling menggunakan midi controller, pad, serta sistem yang ada pada umumnya di musik elektro, EDM. Ndalungnesia mampu menyampaikan pesan kebudayaan dan identitas Jawa Timur melalui musik mereka. Penonton merasa terhubung dengan akar budaya daerah ini melalui setiap nada yang dimainkan.
Tiga personil grup Ndalungnesia, yaitu Akhmad Fauzan, Merak Badra Waharuyung, dan Danang Rianto memainkan aneka jenis musik. Rincian alat musik yang dimainkan tiap-tiap personil, antara lain: Akhmad Fauzan memainkan alat musik Patrol Jember, Patrol Banyuwangi 1, Vocal Kejung Madura, Vocal Sindenan Banyuwangi, dan Synth Lead 1; Merak Badra Waharuyung memainkan Gamelan Banyuwangi, Patrol Banyuwangi 2, Gendang Jawa Timur, Biola, Kluncing, dan Gender; serta Danang Rianto memainkan Patrol Banyuwangi 3, Sound EDM, Design Sound Synth, dan Synth Lead 2. Ragam alat musik itu berpadu dalam harmoni yang syahdu.
Makna Goresan Bunyi
Pertunjukan ini juga didukung oleh antusiasme besar dari penonton. Terlihat bahwa penonton benar-benar terlibat dalam setiap momen pertunjukan walaupun secara kapasitas penonton sedikit dan jauh dari ekspektasi tetapi tanpa menghilangkan kesakralan audience malam itu menyimak goresan-goresan bunyi dari kedua grup musik itu. Mereka meresapi setiap nada, mengikuti setiap alur komposisi yang dihadirkan dan merasakan emosi yang disampaikan melalui karya mereka yang berdurasi kurang lebih 30 menit dari masing-masing group. Tepuk tangan meriah dan reaksi positif dari penonton adalah bukti keberhasilan pertunjukan ini dalam menyentuh hati mereka.
Secara keseluruhan, pertunjukan ini adalah perpaduan yang mengesankan dari musik kreatif yang menggabungkan eksperimentalisme dan tradisi. Arca Tatasawara dan Ndalungnesia berhasil menciptakan pengalaman musik yang mendalam dan meresapi budaya Jawa Timur. Penutupan Jatim Art Forum ini menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan bagi semua yang hadir.
Lebih dari sekadar hiburan, pertunjukan ini memberikan pesan yang mendalam tentang pentingnya melestarikan budaya dan memahami nilai warisan budaya kita. Sesuai dengan tagline Jatim Art Forum 2023 yaitu JANGKA KABUDAYAAN, maka JAF ini harapannya bisa menjadi media dalam memvibrasikan kerja-kerja kebudayaan dalam sektor kesenian. Musik adalah bahasa universal yang dapat menghubungkan orang dari berbagai latar belakang dan generasi. Pertunjukan ini mengingatkan kita bahwa dalam menghormati dan merayakan budaya kita, kita dapat menemukan kedekatan dan persatuan.
Dalam penutupan Jatim Art Forum Dewan Kesenian Jatim, pertunjukan musik kreatif dari Arca Tatasawara dan Ndalungnesia adalah penutup yang sempurna. Mereka memberikan penampilan yang luar biasa dan mengukuhkan budaya Jawa Timur sebagai warisan yang patut dibanggakan. Semoga pertunjukan ini menjadi inspirasi bagi semua yang menyaksikannya untuk menjaga dan mempromosikan keberagaman budaya di daerah ini.