orientasi Gianluigi Fahrezi

Orientasi

Mari ikut orientasi kampus dan memperkenalkan diri kita masing-masing.

Aku tampil sebagai orang yang jenuh dengan kata-kata yang kehilangan makna sementara kamu muncul sebagai orang yang begitu ceria.

Kita berjalan menuju aula diiringi kakak-kakak kelas membawa panji warna-warni.

Hura-hura dan tepuk tangan.

Sorak sorai berjatuhan sampai terjadi sebuah keributan .

Aku dan kamu yang ketakutan memisahkan diri ke belakang dan memilih untuk makan di warung terakhir yang masih buka.

Karena bodoh aku bertanya lagi “siapa namamu?” sebenarnya hanya kepura-puraan yang dijawab oleh tawamu yang riang.

Sejak saat itu kita bicara dan tidak pernah berhasil mencapai sebuah kesimpulan.

 

Gadis Bermata Arang

(1)

Matamu hitam
bagai arang
hitam arang tidak menimbulkan perhatian
Namun sekali dibakar,
apinya tidak pernah padam 

*

(2)

Kamu berhasil membunuhku lewat tiga babak
Pertama, kamu menghilang dari radarku
Kehadiranmu yang kecil membuatku ciut, mengacuhkanmu dari pandangan
Saat itu aku menganggapmu bukan sesuatu yang mengganggu

Kedua, kamu berdiri di sisiku
Aku dengan prediksiku yang sok tahu, sebegitu kagetnya mendengar namamu dipasangkan di sebelahku
Di babak ini pikiranku sudah tidak berfungsi lagi 

Terakhir, dengan sapuan tanganmu, tanpa diaba-aba, kamu membunuhku 

Tanpa sadar
aku telah lebur
di matamu yang arang.

 

Melihat Matamu

Aku ingin melihat matamu dari dekat
menatap kelopakmu yang sayup
juga alismu yang ranum
Saat kau bangun
saat kau tidur
apakah garis di dahimu ikutan kendur?

Aku ingin melihat bola
yang membuat matamu menyala
apa benar dia sebulat senja
atau sehitam biji kenari?

Aku ingin tidur
di bawah sapuan
bulu matamu
dengan amat
dan lamat-lamat

Tetapi
aku tidak pernah mampu
beradu pandang
denganmu 

Matamu gerhana
Pengunjung tidak boleh menatapmu
secara langsung
Atau kita akan sama-sama buta

 

Tapi

aku masih ingin
menyelam dalam kemungkinan-
kemungkinan
meski gelap
kelam mencekam

masih mau
menjejakan kaki
di tanah yang tidak bisa
dipijak 

beralih
pindah
dan tak menetap
mencabut kupu-kupu dari dalam dada
lalu membiarkannya
terbang
sedang aku
jatuh
semakin dalam, dipeluk
kehampaan

kesepian
merias dirinya sendiri dengan gemerlap bintang malam
semakin larut, seringainya
semakin riang

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here