Pramoedya, Lekra, dan Realisme Sosialis (sumber foto: Wawasan Sejarah)
Pramoedya, Lekra, dan Realisme Sosialis (sumber foto: Wawasan Sejarah)

Awalnya buku ini merupakan naskah pra-saran Pramoedya Ananta Toer dalam seminar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, pada 26 Januari 1963, di mana ia diberi kesempatan untuk menjadi pembicara. Saat itu, ceramahnya didengar oleh beberapa sastrawan dan kritikus seperti Goenawan Mohamad, Bur Rasuanto, Taufik Ismail, dan H. B. Jassin.

Dalam buku ini, Pramoedya menjabarkan poin-poin penting perihal sastra aliran realisme sosialis. Ia menyebutkan, secara garis besar realisme sosialis berakar dari filsafat Marxis, yaitu materialisme dialektis dan historis (MDH).

Namun, menurut Teeuw dalam Citra Manusia Indonesia dalam Karya Sastra Pramoedya Ananta Toer, Pramoedya tidak pernah mempelajari Marxisme atau membaca karya-karya Marx.

Karl Marx dan Friedrich Engels juga sebenarnya tak pernah menyusun teori khusus mengenai estetika sastra realisme sosialis, walaupun mereka pernah sedikit membicarakan seni dan sastra yang tercecer dalam bentuk fragmen-fragmen, lalu dikumpulkan dalam On Literature and Art.

- Poster Iklan -

Sebenarnya, Marx dan Engels seperti pemikir abad-19 kebanyakan. Mereka memiliki pandangan terhadap sastra sebagai cerminan masyarakat. Marx sangat menyukai lakon William Shakespeare, Timon of Athens, lakon tersebut mencerminkan fungsi sosial uang. Menurut Marx, uang merupakan ‘tenaga gaib’ yang mampu mengontrol manusia dan mampu membentuk cara manusia berhubungan satu sama lain (esensi sosial). 

Marx memuji Shakespeare karena berhasil menggambarkan uang sebagai sesuatu yang diciptakan manusia, tetapi pada saat yang sama uang justru mengendalikan tindakan dan perilaku manusia dari luar dirinya. Sedangkan Engels, memiliki dua pandangan penting tentang sastra, yaitu;

- Cetak Buku dan PDF-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here