Berikut Beberapa Puisi Karya Putri Mariam A. Erline
Maka Biarkan Aku Melakukannya
Hujan baru pulang dari perantauan
dirangkum wangi ilalang
ada yang kembali hidup di kening dan keheningan
dalam diam aku ingin napasmu berteriak lantang
ke palung-palung di seberang
di perasan air lemon kelak
kita melambungkan kenangan manis
mengawinkan has luar dengan jamur kancing
bertabur bawang bombay, sari pati hewan
bermangir krim, saus dan rempah-rempah
dengan resep sederhana
kita membangun pagi merenungkan bencana
melumat kata-kata dan beef stroganoff bersamaan
bunga-bunga tak pernah berdusta
dan mata air tumbuh di restu kaki ibu
maka biarkan aku mencuri
air mata di kelopakmu
dan biarkan aku mencuri sekali lagi
hujan milik sapardi
November 2021
Mencari cahaya
Ketika tajuk-tajuk bermandi awan
bayang-bayang menyelinap ke balik sepatu
burung-burung enggan singgah, kala buah
hanya terpajang di baliho-baliho jalan
sesekali kelelawar mencari kawan
di perumahan seberang
sebab filamen telah terbakar
membutakan arah pulang
beton-beton berkuasa nyatanya tak
meninabobokan segala pekerja sebab
wajah-wajah di mata uang sering kali datang
sekejap bahkan terlambat kala lambung
mencerna karang dan mendaratkan
hutang-hutang
Desember 2021
somewhere, somehow
di sepanjang diorama, di sepanjang jantung berirama,
sebangsa kota tumbuh dengan
mantra dan madah: apa kau sungguh
percaya perihal cinta dan ketulusan?
seolah
melampaui garis waktu
terpajang masa tua dalam kanvas
kuas-kuas kaku di bawah temaram
berbilas bahagia.
semakin kuujar, semakin jauh kukejar
tawa canda lampau kian parau
sekejap, cincin itu berdering, kawan
nama-nama berteriak memulangkan sajak.
sejenak kutangkar bianglala bersama bekisar
di halaman: hanya gulma dan kehancuran.
buku-buku membacakan diri, mengibar
debu-debu. dalam diorama, batas akhir mulai tiba
memulangkan aku di bibir pengandaian.
2021
menunggu tarhim
Komet-komet menziarahi mimpi
membakar kaladuta
meski nampak atau tidak
doa tetap meninggi mengalahkan ribuan cahaya
Dalam riak-riak, anak-anak menghitung
kawah di tubuh bulan, sebab kelak satu
dari ribuan atau jutaan
akan menaruh bayang
Bibir mondar-mandir membawa dzikir
tangan berputar di arus takdir
menampung ilmu dan ilham
sampai sajak-sajak tamsil berbuah
kita merunduk, menunggu tarhim
dan melengserkan batu-batu dalam dada
10-11 desember 2021
Suatu Malam di Pematang
Kanak-kanak bertanya perihal air susu yang belum
jua tanak. Di ladang, gulma dan padi merunduk
mengecup tanah yang telah lebih dulu
meminangnya ketimbang sabit.
Di halaman, lampu sesekali merekah.
Dan di ujung jalan itu yang tak dapat kau
genggam itu, kawan, kearogansian kian subur mengubur
nurani yang sedang kaupupuk
di dada dan pelupuk.
10 September 2021