Kenapa Harus Masuk Hubungan Internasional?
Sebuah penelitian pada tahun 2017 yang diadakan oleh Indonesia Career Center Network (ICCN) mengungkapkan bahwa 87% mahasiswa di Indonesia merasa telah mengambil jurusan yang salah. Sementara itu, 71,7% pegawai di Indonesia tidak memilih profesi yang linier dengan jurusan mereka saat di bangku kuliah.
Hal ini menujukkan adanya permasalahan pada keterampilan perencanaan individual, yaitu kemampuan dalam merencanakan karier masa depan. Perencanaan ini meliputi komitmen pada disiplin ilmu dan keterampilan soft skills maupun hard skills. Perencanaan individual membantu mahasiswa agar tidak salah dalam memilih jurusan sehingga dapat memaksimalkan prestasi dan meningkatkan motivasi belajar.
Di antara barisan mahasiswa yang merasa salah jurusan tersebut, jurusan hubungan internasional adalah salah satu penyumbang terbanyak. HI merupakan salah satu jurusan dalam bidang Sosial Humaniora yang paling diminati. Namun, tidak sedikit di antara mereka memutuskan untuk mundur di tengah jalan sebab tidak sesuai dengan ekspektasi.
Keseharian mahasiswa HI dipenuhi dengan wacana kedamaian dunia atau keamanan nasional (high politics) yang tidak dilihat dan dirasakan langsung. Sekalipun hal ini menunjukkan mahasiswa HI memiliki cakrawala studi yang luas, namun sering kali mereka gagap dalam menanggapi permasalahan di sekitarnya.
Pemahaman tentang high politics mungkin dapat membantu jika nasib mahasiswa HI di masa depan adalah merapikan berkas di dalam dinginnya ruangan Kementerian Luar Negeri (Kemlu). Sayangnya, hidup mahasiswa HI bukan hanya tentang Kemlu. Lagi pula, barisan panjang yang mendaftar di Kemlu tidak hanya mahasiswa HI.
Fakta bahwa tidak semua mahasiswa HI dapat bekerja di Kemlu menuntut mereka untuk mengembangkan hard skills, sebab tidak semua teori bersifat soft skills dapat digunakan di dunia kerja. Maka dari itu, soft skills dan hard skills harus diseimbangkan. Paling tidak, ada satu hard skill yang mungkin dimiliki oleh setiap mahasiswa HI, yaitu menulis.
Kehidupan mahasiswa HI adalah kehidupan yang sesak dengan huruf-huruf maupun angka-angka. Di kampus mana pun, tugas yang diberikan dosen kepada mahasiswa HI umumnya berupa resume, review, atau mengerjakan paper.
Tugas-tugas kuliah tersebut tak terhindarkan. Jika mahasiswa teknik dapat menciptakan alat produksi dan mahasiswa kedokteran dapat mengobati pasien, seharusnya mahasiswa HI dapat memberikan solusi dan penjelasan logis kepada masyarakat setelah menganalisis, memprediksi, mengevaluasi kejadian dalam tingkat domestik maupun internasional.
Untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut, mahasiswa HI perlu penunjang berupa artikel, jurnal, esai, atau berita dengan sumber yang kredibel. Lebih jauh, mahasiswa HI dituntut untuk menulisnya, tidak sekadar membaca atau mengutipnya.
Setidaknya, hal tersebut merupakan pembekalan terbaik yang mungkin didapatkan seorang mahasiswa HI. Terbiasa mengerjakan paper membuat mahasiswa HI memiliki cakrawala ide yang luas, kaya akan diksi maupun gaya kepenulisan, serta lebih tanggap dalam menganalisis sebuah isu dan mengolahnya menjadi bahan bacaan.