Kejadiannya pada akhir 2024 di Desember. Sebuah brand kuliner dari pulau, mulai ekspansi ke Jabodetabek. Pulau mana yang dimaksud? Ternyata pulau dimana kisah Laskar Pelangi berasal, yakni Pulau Belitong. Ada sebuah brand kuliner yang dikenal dengan nama : Ayam Lunak Panglima. Punya beberapa cabang di Pulau Belitong, dan ada juga cabang di Pulau Bangka.
Di Belitong, Ayam Lunak Panglima sudah dikenal secara luas, dan di Bangka, hadir lahirnya Ayam Lunak Panglima memberikan sebuah pilihan tempat kulineran, yang dalam waktu singkat, menjadi salah satu kuliner rekomendasi.
Masuk ke Jabodetabek, Ayam Lunak Panglima memulai tonggak langkahnya di Tangerang Selatan, tepatnya di daerah Pondok Aren. Kawasan yang padat rapat dengan lalu lintas tinggi, khas kawasan Ibukota. Apakah Ayam Lunak Panglima langsung ramai dan diserbu pengunjung?
Ternyata ada yang berbeda dan perlu mendapat perhatian khusus. Di pulau, baik Belitung maupun Bangka, momen pembukaan Ayam Lunak Panglima, mendapat perhatian yang luas dan mendapat sorotan yang memadai. Di Tangerang Selatan, pembukaan Ayam Lunak Panglima, tidak mendapat respon seheboh di pulau. Kenapa ya? Padahal yang dilakukan kurang lebih sama?
Bedanya adalah, keramaian dan kegiatan di pulau memang ada beda dengan di Ibukota. Saya ibaratkan seperti konser saja. Kalau di daerah, jika ada konser, maka bisa dibilang seluruh kota, tahu akan kabar tentang konser yang akan digelar. Segenap warga kota akan bersiap menghadiri dan meramaikan konser tersebut. Kenapa? Karena konser relatif jarang berlangsung, sehingga sekalinya ada, semua pada antusias menantikan dan meramaikan.
Kalau di Ibukota, tentu lain cerita. Namanya Ibukota, konser ada terus menerus tanpa putus. Artis demi artis, musisi demi musisi, tampil silih berganti, sehingga satu konser paling hanya membuat berisik sekian golongan masyarakat, sedangkan sekian masyarakat yang lain, bisa jadi tidak tahu menahu.
Kembali ke Ayam Lunak Panglima, pembukaan tidak cukup disulut dengan prosesi dan seremoni, kebetulan di Outlet Pondok Aren, disepakati ada posisi baru untuk crew, yakni Admin WhatsApp. Tugasnya singkat, padat, menyengat, karena Admin WhatsApp memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menjadi faktor pemicu traffic ke outlet.
Karakter konsumen dominan di Ayam Lunak Panglima adalah segmen seksi bernama kantoran dan keluarga. Upaya menjangkau segmen market ini yang secara sistematis dirintis oleh Admin WhatsApp agar dari jangkauan informasi, membawa pada minat, dan berujung pada realisasi transasksi, orderan yang dapat dibuktikan.
Dasarnya adalah : “Canvassing”
Jika sebelumnya canvassing dimaknai denga crew kita yang kelilingan, beredar di sekitar outlet untuk jualan, canvassing ala Admin WhatsApp sama sama berkeliling secara virtual, menggunakan kendaraan digital bernama akun WhatsApp, dan beredar menyusup ke setiap handphone, untuk memperkenalkan Ayam Lunak Panglima ke segmen konsumen alaminya.
Canvassing lewat WA ini dilakukan secara rajin, rutin, disiplin, untuk memicu dampak berupa reservasi dan atau pemesanan nasi box. Sukses besar, proses install dan penyelarasan Admin WhatsApp di Ayam Lunak Panglima menghasilkan omzet yang dapat dibuktikan, diulang, dan ditingkatkan dosisnya.
Canvassing kemana? Gampang saja, dengan menjelajahi media sosial dan Google di sekitar lokasi untuk diserap nomer WA nya dan kemudian di chat sesuai naskah panduan dan skenario percakapan yang direncanakan.
Sebanyak 40 target prospek calon konsumen dijelajah tiap hari. Indikatornya sederhana, jika ada 40 chat dilakukan per hari, dengan 25 hari kerja, maka akan ada 1.000 nomor yang dijangkau.
Masak gak ada yang beli? Berapa yang akhirnya beli?
Dan, bagaimana sih cara memilah dan memilih nomer yang potensi beli?
Kita bahas di tulisan berikutnya ya.