Ziggy Zesyazeoviennazabrizkie kini sudah tidak asing lagi di telinga para pecinta buku, khususnya pecinta karya sastra. Ia dikenal sebagai penulis dongeng yang memiliki imajinasi yang luar biasa.
Berbeda dengan penulis-penulis anak lainnya, Ziggy mengemas kisah dongeng dalam sebuah novel yang tidak hanya dibaca habis sekali duduk.
Bukan pula sekedar sebuah cerita yang mengandung pesan untuk anak-anak, karya Ziggy juga mengangkat beberapa isu kritis yang sarat makna dan pelajaran yang berharga. Ia mengambil sudut pandang anak-anak dengan imajinasi personifikasi yang membuat pembaca harus berpikir lebih keras akan realita orang dewasa yang diangkat dalam cerita.
Hingga kini, lebih dari 25 karya Ziggy telah diterbitkan ke media massa. Karyanya berjudul Di Tanah Lada menjadi pemenang kedua dalam Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014. Novel lainnya yang berjudul Semua Ikan di Langit memenangkan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2016.
Namun, semenjak karyanya mulai banyak dikenal, nama pena Ziggy Zezsyazeovennazabrizkie acap kali mengundang banyak pertanyaan dan penasaran para pembaca. Tak disangka bahwa nama pena yang tertulis di setiap sampul novel itu merupakan nama asli Ziggy. Nama itu terinspirasi dari film Zabriskie Point karya Micehlangelo Antonioni pada 1970.
Dibalik nama pena yang unik tersebut, karya-karya Ziggy terbilang tak kalah menarik. Kisah dongeng dalam novelnya tak pernah habis untuk dibaca berkali-kali. Ziggy Zezsyazeovennazabrizkie menjadi penulis dongeng favorit banyak pembaca.