Saat waktu senggang, kita seringkali melakukan hal-hal untuk menghilangkan penat agar meredakan stress karena aktivitas harian yang sering dilakukan. Bagi penyuka aktivitas fisik, mereka akan mengisi waktu dengan olahraga dan berlibur. Tapi, untuk orang yang tidak menyukai aktivitas fisik akan cenderung memilih untuk menghabiskan waktu senggangnya dengan hal-hal yang tidak menghabiskan energi seperti mendengar musik atau menonton film favorit, baik sendiri maupun bersama keluarga.
Film terdiri atas beberapa macam genre, seperti genre aksi, fantasi, horor, komedi, romansa, misteri, dan keluarga. Dari berbagai macam genre tersebut, film genre keluarga adalah film yang akan cukup relate dengan kehidupan sehari hari. Selain relate , penonton sering kali dibuat bercucuran air mata saat menikmati cerita film tersebut. Berikut beberapa film sedih yang membuat air mata penonton mengalir saat menyaksikannya.
Way Home (2002)
Film ini diperankan oleh aktor Yoo Seung Ho (Sang Woo), Kim Eul Boon (Nenek) dan Dong Hyo Hee (Ibu Sang Woo). Bercerita tentang bagaimana hubungan seorang cucu dan neneknya yang awalnya belum saling mengenal, hingga kemudian saling menyayangi.
Semua bermula ketika Ibu Sang Woo yang tinggal di kota menitipkan Sang Woo kepada Neneknya yang bisu untuk tinggal sementara di kampung halaman. Ibu Sang Woo terpaksa harus menitipkannya kepada Neneknya karena harus mengurus bisnisnya yang gagal. Kehidupan Sang Woo berubah 180 derajat, dari bocah kota menjadi bocah kampung.
Tentu saja, bagi anak usia 7 tahun bukan hal mudah untuk menyesuaikan diri, terlebih lagi ia adalah anak yang segala keinginannya selalu dipenuhi. Sang Nenek berusaha keras untuk menuruti segala keinginannya meski harus mencari uang dengan berjalan terbungkuk-bungkuk.
Meskipun awalnya Sang Woo belum menerima sang Nenek dalam hidupnya dan sulit menerima keadaan, tetapi lama kelamaan timbul rasa penduli dan sayang. Ia diam-diam mengangkat jemuran yang kehujanan, mengurus neneknya ketika sakit, dan membantu memasukkan benang ke dalam jarum jahit.
Puncak mengharukan dari film ini adalah saat Ibu Sang Woo memberi kabar bahwa ia akan dijemput untuk kembali ke kota. Sedih harus meninggalkan Neneknya sendirian, akhirnya Sang Woo mengajarkan Neneknya membaca dan menulis agar bisa mengirimkan surat ke kota. Karena tidak bisa, Sang Woo berpesan agar mengirimkan surat kosong untuknya jika Nenek sedang sakit. Keduanya saling menangis dalam diam karena akan berpisah.
Ayla The Daughter of War (2017)
Ayla The Daughter of War merupakan film Turki garapan sutradara Can Ulkay. Diperankan oleh Ismail Hacioglu (Sulayman) dan Kim Seol (Ayla).
Film ini diangkat dari kisah nyata. Berkisah tentang seorang prajurit tentara Turki yang pada tahun 1950 bertugas di Korea Selatan. Saat itu ia memeriksa sebuah desa yang menjadi korban dari peperangan dan menemukan banyak korban tewas pada kejadian itu. Tetapi, ajaibnya ada seorang anak kecil yang selamat dari perang sedang menggenggam tangan ibunya yang sudah tewas.
Sulayman membawa anak tersebut ke kamp tentara dan memberi nama Ayla. Di kamp tentara, Sulayman merawat Ayla dengan baik. Ia mengajak bermain, berjalan-jalan, dan mengajarkan membaca hingga lama-kelamaan Ayla mulai memanggilnya dengan sebutan Papa.
Puncak kesedihan dari film ini yaitu saat masa tugas Sulayman di Korea Selatan segera berakhir dan harus kembali ke Turki. Pada saat itu ia diliputi rasa bimbang ingin membawa Ayla ke Turki tetapi tidak bisa.
Segala cara dilakukan termasuk dengan memasukkan Ayla ke dalam koper saat akan naik ke kapal, tetapi hal tersebut diketahui oleh Kaptennya. Mereka tetap harus berpisah dan Ayla dititipkan ke panti asuhan.
Sulayman berjanji akan menjemputnya kembali, tetapi keduanya sulit bertemu karena Ayla mengganti namanya dengan nama asli. Hingga 60 Tahun kemudian, ada stasiun TV mengetahui kisah mereka dan membantu mempertemukan keduanya kembali.
Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (2020)
Film ini merupakan film yang diangkat dari novel berjudul sama karya Marchella F.P. Diperankan oleh Rio Dewanto (Angkasa) sebagai anak sulung, Sheila Dara (Aurora) si anak tengah, dan Rachel Amanda (Awan) si anak bungsu, Susan Bachtiar (Ibu) dan Donny Dmara (Ayah).
Tidak seperti poster pada filmnya yang tampak seperti keluarga harmonis, banyak konflik batin yang dirasakan oleh para tokohnya. Film ini juga sangat relate perasaan masing-masing sebagai seorang anak dan seorang kepala keluarga.
Sebagai anak sulung, Angkasa sedari kecil sudah dibebankan untuk selalu menjaga adik-adiknya tanpa mempedulikan perasaannya sendiri. Ada pula Aurora sebagai anak tengah yang merasa bahwa kedua orang tuanya tidak pernah peduli dan kehadirannya seperti tidak dianggap di rumah. Lalu, Awan sebagai anak bungsu yang selalu dimanja merasa terkekang dengan segala kepedulian orang tuanya, hingga memilih untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginannya.
Puncak dari kesedihan film ini adalah saat kehidupan masa kecil tiap tokoh diulang kembali. Semua itu membawa kesedihan bagi penonton karena rasa sakit pada batin yang mereka rasakan sudah dialami sejak kecil tanpa bisa memberontak,
Pada akhirnya konflik terkuak, mereka menumpahkan segala uneg-uneg tentang perasaan selama ini kepada ayahnya. Akar permasalah dari keluarga ini adalah karena sang ayah yang menyembunyikan bahwa adik kembar mereka ketika lahir dulu tidak bisa diselamatkan, sehingga rasa khawatir kepada Awan untuk memastikannya baik-baik saja semakin timbul hingga sang ayah lupa membagi kasih sayang kepada anak-anaknya yang lain.
Hope (2013)
Film Hope merupakan film yang diangkat dari kisah nyata seorang gadis kecil berusia 8 tahun yang menjadi korban kekerasan seksual pada tahun 2008 di Korea Selatan. Diperankan oleh Sol Kyung Gu (Im Dong Hoon) sebagai ayah, Uhm Ji Won (Kim Mi Hee) sebagai ibu, dan Lee Re (Im So Won) sebagai anak yang mengalami korban kekerasan seksual.
Kejadian berawal saat So Won akan berangkat sekolah sendirian, di jalan ia bertemu dengan pria yang tidak dikenalnya. Karena hari tengah hujan, So Won menawarkan untuk berbagi payung dengan pria tersebut. Naasnya, niat membantu malah berakhir dengan kesakitan seumur hidup yang dirasakannya. So Won dibawa ke toilet umum, lalu diperkosa dan disiksa.
Dampak dari kejadian itu So Won harus operasi pengangkatan anus dan cacat permanen. Ia juga mengalami trauma jika melihat laki-laki. Ayahnya merasa sedih karena tidak bisa membantu sebab So Won akan merasa ketakutan jika melihat ayahnya.
Puncak dari kesedihan film ini adalah bagaimana perjuangan sang ayah yang berusaha membuat anaknya sembuh dari trauma dan tidak takut lagi dengan laki-laki. Ayahnya rela selalu memakai kostum kartun kesukaann So Won yaitu Kokomong.
Sambil memakai kostum Kokomong ia berjalan mengikuti anaknya tiap berangkat sekolah sampai anaknya tidak takut dan mau berbicara lagi dengan sang ayah. Lalu pada saat keputusan pengadilan telah ditetapkan, sedih semakin bertambah sebab pelaku hanya mendapat hukuman 12 tahun dengan dalih sedang mabuk. Hal inilah yang membuat penontonnya bercucuran air mata karena keadilan tidak didapatkan dari kasus tersebut.