Pada Senin, 23 Desember 2024, Aula Ki Hajar Dewantara Kota Malang menjadi saksi penting diselenggarakannya acara Diseminasi Model Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi yang sekaligus menjadi ajang peluncuran buku “Pendidikan Inklusi”. Acara ini diinisiasi oleh Intrans bekerja sama dengan Publishing Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, dengan tujuan memperkenalkan pendekatan inovatif dan praktis dalam pendidikan inklusi.
Acara ini menghadirkan tiga narasumber utama, yaitu Suwarjana, SE., MM. (Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang), Supriyanto, S.Pd.I., M.Pd. (Penulis buku dan Kepala SMP Muhammadiyah 2 Inovasi Malang), dan Ahmad Sulaiman, M.Ed. (Peneliti IEPOS dan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang). Ketiganya berbagi wawasan strategis mengenai implementasi pendidikan inklusi yang berfokus pada siswa berkebutuhan khusus (ABK).
Membedah Buku “Pendidikan Inklusi”
Buku “Pendidikan Inklusi” karya Supriyanto, S.Pd.I., M.Pd., menjadi sorotan utama dalam acara ini. Buku ini dirancang sebagai panduan praktis bagi sekolah yang ingin mengadopsi model pendidikan inklusi. Alih-alih hanya berisi teori yang rumit, buku ini menawarkan strategi konkret berbasis pengalaman dan penelitian.
Menurut Supriyanto, buku ini bertujuan untuk menjadi “role model” bagi sekolah lain dalam menerapkan pendidikan inklusi. Buku ini mengintegrasikan teori, hasil kajian, dan praktik terbaik di lapangan, sehingga memudahkan pembaca, khususnya para pendidik, untuk mengadaptasi pendekatan ini di institusi mereka.
Salah satu keunggulan utama buku ini adalah penyajian tiga strategi inklusi yang inovatif, yaitu BenangMu, BERAKSI, dan Kerepokasa. Ketiga strategi ini dirancang untuk menjawab kebutuhan siswa ABK secara holistik, mulai dari aspek pembelajaran hingga emosional.
Tiga Strategi Utama Pendidikan Inklusi
- BenangMu (Modelling Inspiratif): Strategi ini menekankan pentingnya menghadirkan guru difabel atau yang memiliki pengalaman serupa dengan siswa ABK. Guru yang memahami kondisi siswa secara personal dapat menjadi role model efektif bagi mereka. Pendekatan ini terbukti mampu mempercepat perkembangan siswa, baik dalam aspek akademik maupun emosional.
Dalam buku ini, Supriyanto mengutip penelitian yang menunjukkan bagaimana guru dengan pengalaman serupa mampu meningkatkan motivasi belajar siswa secara signifikan. Misalnya, dalam studi oleh Bishop Grosseteste University di Inggris, siswa autis yang diajar oleh guru autis mengalami peningkatan keterlibatan dan pemahaman. - BERAKSI (Partisipasi Sosial): Pendekatan ini mendorong siswa reguler untuk mendampingi ABK dalam proses pembelajaran. Selain meningkatkan solidaritas dan empati, partisipasi ini juga memperkaya pengalaman siswa reguler, sehingga mereka lebih siap menghadapi keberagaman di dunia nyata.
Strategi BERAKSI juga terbukti efektif dalam mengurangi diskriminasi dan bullying di sekolah. Dengan memberikan peran aktif kepada siswa reguler, mereka dapat membangun lingkungan yang lebih inklusif dan harmonis. - Kerepokasa (Pendekatan Emosional): Kerepokasa mengedepankan pendekatan emosional dalam menghadapi siswa ABK, terutama yang sering mengalami tantangan emosional seperti tantrum. Guru diajak untuk memberikan perhatian khusus dengan komunikasi penuh empati, seperti menggunakan kata-kata positif dan gestur yang tulus. Pendekatan ini membantu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan penuh kasih sayang.
Solusi atas Tantangan Pendidikan Inklusi
Dalam sesi bedah buku, Supriyanto juga memaparkan berbagai tantangan yang dihadapi pendidikan inklusi di Kota Malang, seperti kurangnya pelatihan untuk Guru Pendamping Khusus (GPK), keterbatasan fasilitas, serta mahalnya biaya pendidikan inklusi. Namun, ia juga menawarkan solusi konkret yang dapat diimplementasikan, termasuk pelatihan rutin untuk GPK, peningkatan alokasi dana pendidikan inklusi, dan penyusunan kurikulum yang lebih adaptif.
Ahmad Sulaiman, M.Ed., menambahkan bahwa buku ini memberikan perspektif baru tentang pentingnya pendidikan berbasis empati dan keadilan. “Buku ini lebih dari sekadar panduan; ini adalah cetak biru untuk menciptakan sekolah inklusi yang adaptif dan manusiawi,” ujarnya.
Harapan ke Depan
Acara ini dihadiri oleh para kepala sekolah, guru pendamping, serta praktisi pendidikan lainnya yang memberikan respon positif terhadap isi buku ini. Banyak peserta mengakui bahwa strategi seperti BenangMu, BERAKSI, dan Kerepokasa menawarkan solusi nyata atas tantangan yang mereka hadapi selama ini.
Dinas Pendidikan Kota Malang berharap buku ini dapat menjadi panduan utama dalam mengembangkan pendidikan inklusi di kota ini. Dengan penerapan strategi yang tepat, diharapkan sekolah-sekolah di Malang dapat menjadi pionir dalam menciptakan lingkungan belajar yang ramah bagi semua siswa, tanpa terkecuali.
Buku “Pendidikan Inklusi” adalah panduan praktis yang menginspirasi transformasi pendidikan inklusif di Indonesia. Dengan pendekatan yang terstruktur dan berbasis empati, buku ini memberikan solusi nyata bagi sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan inklusi.
Bagi Anda yang tertarik mempelajari lebih lanjut atau ingin memiliki buku ini, kunjungi Intrans Publishing. Mari bersama menciptakan pendidikan inklusi yang adil dan ramah bagi semua anak!