Hiruk Pikuk Kota Bara Bersama Petualangan Ali dalam Novel Kota Bara
Hiruk Pikuk Kota Bara Bersama Petualangan Ali dalam Novel Kota Bara

“Ketamakan manusia seperti air laut, semakin banyak kamu minum, semakin banyak kamu akan haus.” Kira-kira seperti itu yang terjadi di Kota Bara, kota maritim yang suatu hari mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu yang singkat. Ketamakan serta kelimpahan masyarakat Kota Bara yang digambarkan dengan elok oleh Nanang Farid Syam menjadikan bab pertama novel ini begitu menjanjikan. Pada bab pertama, Syam langsung menembakkan topik tentang asal-muasal Kota Bara berdiri. Diksi indah yang berdampingan dengan metafora dijamin membuat pembaca penasaran akan kelanjutan Kota Bara. Di bab pertama ini, setidaknya pembaca akan tahu tentang latar belakang mengapa novel ini memiliki sampul buku yang berelemen kebakaran kota dan pesisir pantai, suatu perpaduan yang cukup anomali. Syam mencoba menggambarkan kota metropolitan melalui rangkaian kata puitis yang dirangkum di 8 halaman pertama.

Selanjutnya, topik cerita melompat cukup drastis. Pembaca dibawa ke dunia dongeng yang tak terduga. Menghadirkan tokoh pemuda bernama Bara, ia seorang nelayan di desa pesisir. Di sini, pengalaman pembaca akan dibuat penasaran kepada tokoh Bara. Mengapa Bara, ada apa dengan Bara, dan bagaimana menjadi Kota Bara, kira-kira seperti itu pertanyaan yang akan terjawab setelah merampungkan bab kedua novel ini. Kebahasaan yang berubah jadi ringan, tak menghilangkan nilai estetika diksi yang digunakan. Penceritaan tokoh Bara terasa menjadi cepat, Syam membawa pembaca melaju dengan ringan dan cepat pun di bab-bab berikutnya. Namun alur cerita tak sampai pada Bara. Bab kedua Kota Bara ditutup oleh hadirnya tokoh Ali, seorang laki-laki di masa depan yang akan segera menghampiri Kota Bara. Ali adalah sosok lelaki dengan tekad dan ambisi yang tinggi. Di kota impiannya Ali berambisi menjadi sosok yang sukses atas jerih payahnya membangun profesi.

Selain diksi yang ringan, Syam seolah mengajak pembaca mendalami karakter tokoh Ali tanpa membuang banyak waktu. Alur yang tak bertele-tele namun tetap memiliki sisi penceritaan yang jelas dan gamblang. Setelah melewati beberapa simfoni, ternyata novel Kota Bara mengangkat isu sosial dan politik yang ironi. Tak heran, dengan latar belakang Nanang Farid Syam yang sempat mengabdi selama 15 tahun di KPK, tema isu sosial dan politik bukanlah hal yang menyulitkan baginya. Dalam novel, Syam menjadikan profesi seniman menjadi profesi berisiko ketika para seniman mengangkat isu sosial dan politik di dalamnya. Menjadikan karya seni sebagai media unjuk rasa rakyat Kota Bara terhadap pemerintahan, Ali sebagai seniman perantau yang sukses di Kota Bara telah banyak menolong masyarakat sadar akan ancaman dari kotanya sendiri. Krisis keadilan dan maraknya korupsi membuat karya seni Ali menjadi pusat perhatian. Dari situ, berbagai konflik mendatangi kehidupannya hingga menjadi pelik.

Di beberapa bab berikutnya Syam memunculkan tokoh-tokoh yang cukup penting sebagai pendukung jalannya cerita. Tokoh Ali sebagai seniman tak memiliki kuasa lebih ketika ia harus menghadapi teror dan ancaman dari koruptor dan penjahat politik lainnya. Maka dari itu Syam memunculkan tokoh-tokoh pembantu, salah satunya Bu Rina sebagai mentor Ali untuk mengajarkannya strategi advokasi dan perlindungan diri lainnya. Kemudian tokoh Maya yang merupakan jurnalis kritis yang ikut serta membongkar kebusukan koruptor Kota Bara, dan tokoh-tokoh pembantu lainnya yang turut membantu mengungkap kebenaran yang kerap disembunyikan oleh para koruptor. Dari sini, konflik makin mendalam dan alur cerita menjadi lebih berat dari sebelumnya. Keindahan menjadi seorang seniman kini hanya tinggal nama, novel Kota Bara menampar para pembaca sebuah fakta bahwa seniman tak selalu berada di posisi ternyamannya.

- Poster Iklan -

Novel ini akan membuat para pembaca berdebar dan menggebu-gebu di hampir penghujung cerita. Menghadirkan kejutan alur atau plot twist yang tak pernah ter bayangkan oleh pembaca. Campur aduk emosi akan terjadi di sepertiga akhir novel. Berkecamuk dengan sedikit benih-benih romansa yang hadir dalam tulisan Syam membuat novel ini tak hanya menyajikan ketegangan, namun juga kehangatan. Pelibatan perasaan dalam konflik politik menjadi hal rancu yang harus diakui sensasinya. Syam memanfaatkan momen tegang yang ia ciptakan di sepanjang narasinya menjadi hal yang melatarbelakangi Ali merasakan cinta. Untuk selebihnya, pembaca akan menemukan sendiri hal seru itu.

Keseruan alur cerita yang disajikan oleh Syam tak menutup kemungkinan adanya kekurangan. Dari sekian banyaknya hal yang cukup menarik pembaca, ada beberapa bagian yang akan menjadi subjektif di beberapa sudut pandang pembaca. Novel Kota Bara memang hadir dengan diksi yang indah dan kaya akan metafora. Akan tetapi, hal tersebut tak menutup kemungkinan sebagian orang akan berpendapat bahwa metafora yang terlalu banyak menjadikan pengalaman membaca membosankan. Terkadang akan ditemukan beberapa metafora yang tak diperlukan, sehingga tidak akan terjadinya pemborosan kata. Sebagian orang akan bertahan di bab pertama Kota Bara, dan sebagian lainnya memutuskan menyelesaikan novel ini sebelum mereka tahu asal usul nama Bara.

Selain itu alur yang cepat memberikan kesan tak bertele-tele, namun hal inilah yang akan menjadi kontradiksi antar beberapa pendapat. Syam meringkas begitu cepat kejadian-kejadian kompleks soal kejahatan politik dan petualangan Ali di Kota Bara dalam kurang lebih 160 halaman. Dalam hal ini, Syam sangat fokus pada konflik cerita yang sangat kompleks dan menarik, sehingga ia melupakan beberapa hal penting lainnya seperti pendekatan emosi di tiap bagiannya. Cepatnya alur dan diksi yang ringkas membuat pembaca cukup kesulitan menangkap emosi tokoh di setiap bagian yang amat sangat menarik. Hal ini dekat kaitannya dengan kehadiran kejutan alur yang Syam buat dalam novelnya. Beberapa dari pembaca akan merasakan kurangnya ledakan emosional ketika kejutan alur itu hadir.

Namun demikian, tak menutup kemungkinan novel ini akan menjadi pilihan tepat untuk para pembaca memperkaya literasi. Novel Kota Bara diperkaya akan ilmu pengetahuan, khususnya dari sisi kebahasaan dan sosial dan politik. Novel yang mengusung tema sosial politik ini cocok menjadi bacaan remaja yang ingin memulai dengan bacaan kritis dan berat. Struktur kebahasaan yang tertata dengan rapi dan ringan membuat pembaca remaja hingga dewasa akan memiliki pengalaman membaca yang menyenangkan pun juga menegangkan. Jadi, tunggu apa lagi, baca sekarang juga novel Kota Bara karya Nanang Farid Syam.

Identitas Buku

Novel Kota Bara
Novel Kota Bara

Judul buku : Kota Bara
Nama pengarang : Nanang Farid Syam
Nama penerbit : Beranda
Tahun terbit : 2024
Ketebalan buku : 164 halaman
ISBN : 978-623-5453-19-4

- Cetak Buku dan PDF-

1 COMMENT

  1. Terima kasih Reviunya Kak Nur….salam literasi. Saya akan belajar lagi menulis..dan terus menulus

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here