Bagi penikmat sastra, khususnya di Kota Malang, mungkin tidak asing lagi dengan “Pekan Sastra” yang telah hadir di tahun 2018 dan 2020. Kini Pekan Sastra hadir kembali dengan nama yang lebih beken, yakni Festival Sastra Kota Malang. Transformasi tersebut bukanlah semata-mata hanya diubah dari segi nama, tetapi terdapat beberapa perubahan dalam sistem pelaksanaannya. Seperti namanya, Pekan Sastra dilaksanakan seminggu lamanya, tetapi Festival Sastra kali ini hanya dilaksanakan selama 4 hari di Kopi Tani, Mulyoagung.
Empat hari tersebut dihitung sejak Kamis, 19 Oktober hingga Minggu, 22 Oktober 2023. Festival yang kini mengusung tema “Mengingat Masa Lalu, Membaca Masa Kini, dan Membayangkan Masa Depan” tersebut dibuka tepat pukul sepuluh dengan simbolisasi pemotongan tumpeng. Denny sebagai ketua Komunitas Pelangi Sastra Malang menyampaikan harapannya untuk Festival yang digelar oleh komunitasnya itu pada sambutan yang ia sampaikan.
Harapannya sederhana, ia berharap agar kegiatan Festival Sastra ini tak berhenti sampai di sini dan dapat terus berlanjut di tahun-tahun berikutnya, mengingat banyaknya ilmu dan manfaat yang didapat dari perjumpaan antara sastrawan dan para pegiat literasi.
Setelah acara resmi dibuka dengan iringan riuh tepuk tangan peserta, tepat pada pukul sebelas, acara dilanjutkan dengan orasi yang membahas tema perjumpaan kali ini, yakni “Mengingat Masa Lalu, Membaca Masa Kini, dan Membayangkan Masa Depan”. Orasi tersebut disampaikan oleh salah satu tokoh yang sudah tidak asing lagi dalam dunia sastra, Prof. Djoko Saryono. Prof. Djoko Saryono yang siang itu tampil mengenakan batik dari balik layar virtual, membagikan orasinya dengan lantang.
Di awal orasi, peserta diajak untuk merenungkan apakah masa lalu, masa kini, dan masa depan merupakan konstruksi keteraturan waktu yang dibentuk secara alamiah atau malah kultural. Terdapat berbagai pandangan mengenai waktu, seperti yang disampaikan oleh Dosen Universitas Negeri Malang bahwa ada beberapa suku bangsa yang melihat waktu sebagai pengulangan dan ada yang melihat waktu sebagai linear kesatuan. Namun, terlepas dari pandangan-pandangan itu semua sepakat dan percaya dengan adanya masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Masa kini dibentuk oleh manusia dari mengingat yang lalu dan masa kini yang telah dibentuk ini juga perlu dipelajari dan dipahami lagi untuk dapat membayangkan masa depan. Sebab, sejatinya “Hidup adalah mengembarai waktu”.
“Zaman adalah satuan waktu yang kita bikin sedemikian rupa,” imbuh Prof. Djoko Saryono.
Kesimpulan dari orasi yang sangat romantis dan acara yang dilanjutkan dengan pembacaan puisi membuat suasana perjumpaan siang itu lebih sakral. Puisi-puisi yang dibacakan tentunya tak hanya karya-karya sastrawan masa kini, tetapi juga masa lalu yang telah menorehkan histori sastra khususnya di Malang. Pembacaan puisi-puisi tersebut juga menjadi tanda serangkaian acara inti akan dimulai.
Acara inti dilanjutkan dengan peluncuran buku antologi esai Pelangi Sastra yang telah dikerjakan oleh peserta terpilih dalam rangkaian pra festival. Buku esai yang diluncurkan kali ini spesial, sebab khusus menyoroti Kajoetangan dari berbagai aspek isu sosial. Menurut Wawan dan Restu selaku mentor penulisan esai tersebut, yang menjadikan buku ini lebih spesial lagi adalah adanya berbagai bahasan tentang lapisan-lapisan di balik fakta Kajoetangan yang terkenal dengan keindahan dan wisatanya. Selain peluncuran buku antologi esai, terdapat juga peluncuran antologi puisi Kata & Kota yang merupakan antologi karya-karya puisi gubahan penyair di Malang.
Tak lupa juga acara tersebut diselingi dengan diskusi terkait teater dan alih wahana sastra. Peserta tak perlu khawatir kehabisan keseruan dari acara Festival Sastra Kota Malang kali ini karena tak hanya sekadar peluncuran buku saja seperti yang telah dilaksanakan di hari pembukaan, tetapi serangkaian kegiatan yang lebih beragam lagi akan hadir pada hari kedua hingga keempat. Terdapat diskusi buku, diskusi wacana, sarasehan sastra, orasi budaya, jelajah sastra, lokakarya, pameran buku, dan panggung apresiasi yang siap dinikmati juga oleh para peserta festival.