Jejak Penggerak Literasi Bangsa: Merayakan Hari Pahlawan dengan Semangat Literasi
Jejak Penggerak Literasi Bangsa: Merayakan Hari Pahlawan dengan Semangat Literasi

Malang, 13 November 2024 – Dalam semangat Hari Pahlawan, Oase Café & Literacy di Merjosari, Malang, menjadi saksi dari diskusi hangat yang mengangkat tema “Jejak Penggerak Literasi Bangsa”. Acara ini menggaet bersama beberapa tokoh literasi  seperti Janwan Tarigan (penulis buku Jejak Penggerak Literasi Bangsa), Miri Pariyas T. (pegiat literasi), dan dipandu oleh Anindya Ulhaq sebagai moderator.

Mengapa Literasi Menjadi Penting dalam Perjuangan Bangsa?

Dalam diskusi, Janwan Tarigan menekankan bahwa perjuangan bangsa Indonesia tidak hanya bertumpu pada kekuatan fisik seperti bambu runcing, tetapi juga pada “pikiran yang runcing.” Pikiran runcing ini, menurut Janwan, dibentuk melalui kebiasaan membaca dan menulis.

“Indonesia merdeka bukan hanya karena bambu runcing, tetapi juga karena pikiran runcing. Pikiran yang tajam lahir dari literasi,” ujar Janwan.

Ia juga mengungkapkan bahwa literasi para pahlawan bangsa, seperti Kartini, memberi sumbangsih besar karena mereka menulis untuk mengabadikan pemikiran. Hal ini menjadi salah satu cara memperjuangkan hak perempuan di masa lalu.

Masalah Literasi di Indonesia

Janwan juga menyoroti persoalan literasi di Indonesia saat ini. Ia berpendapat bahwa rendahnya literasi bukan sekadar karena kurangnya minat baca, tetapi karena jauhnya akses bahan bacaan dari pembacanya.

“Banyak bahan bacaan yang tidak relevan dengan kondisi pembaca. Literasi seharusnya menjadi jembatan antara pengetahuan dan kehidupan nyata,” tambahnya.

Jejak Penggerak Literasi Bangsa: Merayakan Hari Pahlawan dengan Semangat Literasi
Jejak Penggerak Literasi Bangsa: Merayakan Hari Pahlawan dengan Semangat Literasi

Diskusi ini juga menghadirkan perspektif dari Miri Pariyas T., yang menegaskan bahwa membaca dan menulis adalah cara untuk memahami dan mengungkap realitas sosial.

Literasi: Lebih dari Sekadar Membaca dan Menulis

Menurut Janwan, literasi bukan hanya aktivitas membaca dan menulis, tetapi juga tindakan yang membawa perubahan nyata dalam kehidupan. Ia menyebut literasi sebagai kemampuan untuk membaca konteks sosial dan budaya.

“Seseorang yang berliterasi juga harus beretika. Literasi itu tidak berhenti pada membaca buku, tetapi juga pada membaca kehidupan dan menerapkannya,” tegasnya.

Miri Pariyas menambahkan bahwa menulis adalah cara untuk menyampaikan realitas yang sesungguhnya kepada khalayak. Ia menyebutkan, “Membaca itu membaca realitas hari ini, sedangkan menulis adalah ungkapan atas realitas tersebut.”

Inspirasi dari Diskusi Literasi

Diskusi ini memberikan wawasan bahwa literasi bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk masyarakat luas. Sebagai salah satu peserta menyebut, literasi adalah tonggak penting yang membuat perjuangan bangsa ini terus dikenang dan diwariskan.

Acara ini juga didukung oleh berbagai kolaborator, termasuk Justice Perempuan Bergerak, semilir.co, dan Intrans Publishing. Kehadiran mereka menunjukkan semangat kolektif untuk menggerakkan literasi bangsa.

Kesimpulan: Jadilah Pahlawan dengan Literasi

Melalui acara ini, kita diingatkan bahwa literasi adalah salah satu bentuk perjuangan modern. Dengan membaca, menulis, dan memahami realitas, kita bisa menjadi pahlawan bagi lingkungan sekitar. Jangan hanya berhenti pada membaca, tetapi jadikan literasi sebagai jalan untuk membawa perubahan.

Untuk Anda yang ingin terus terlibat dalam gerakan literasi, ikuti kegiatan seru lainnya dari Oase Café & Literacy dan komunitas literasi lainnya di Indonesia!

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here