Budi Darma, lahir pada 25 April 1937 di Rembang, Jawa Tengah, adalah salah satu sastrawan Indonesia yang paling berpengaruh. Dengan berbagai karya mulai dari cerpen, novel, esai, hingga puisi, Darma telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan sastra Indonesia. Salah satu pencapaian menarik Budi Darma dalam kariernya adalah penerapan teknik kolase dalam novel-novelnya, yang menjadi ciri khas dan inovasi dalam dunia sastra Indonesia.
Pendidikan dan Karier Akademik
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di Kudus dan pendidikan menengah di Salatiga dan Semarang, Budi Darma melanjutkan studinya di Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia meraih gelar sarjana pada tahun 1963 dengan penghargaan Bintang Wisuda Bhakti. Skripsinya yang berjudul “Tragic Heroes in the Plays of Marlowe” menunjukkan minat awalnya dalam studi sastra yang mendalam.
Darma kemudian melanjutkan studi Master of Arts di bidang English Creative Writing di Universitas Indiana, Bloomington pada tahun 1975, dengan tesis berjudul “The Death and the Alive.” Gelar doktor diperolehnya pada tahun 1980 di universitas yang sama dengan disertasi berjudul “Character and Moral Judgment in Jane Austen’s Novel.” Pendidikan doktoralnya didanai oleh The Ford Foundation, dan ia juga pernah mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa pada tahun 1967, serta mendapatkan beasiswa dari East-West Centre di Universitas Hawaii dari tahun 1970 hingga 1971.
Karier Menulis dan Karya-Karyanya
Budi Darma memulai karier menulisnya pada tahun 1969, menulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Karyanya meliputi berbagai genre, termasuk cerpen, novel, esai, dan puisi. Beberapa cerpennya dalam bahasa Inggris diterbitkan di media massa kota Bloomington selama masa studinya di Amerika Serikat. Tulisan-tulisannya juga banyak diterbitkan di majalah dan surat kabar seperti Horison, Basis, Gema, Indonesia, Roman, Gelora, dan Jawa Pos.
Dalam dunia sastra, Darma dikenal luas melalui karya-karyanya yang mencakup novel seperti “Olenka” (1983) dan “Rafilus” (1988), serta kumpulan cerpen seperti “Kritikus Adinan” (1974), “Orang-Orang Bloomington” (1980), dan “Fofo dan Senggring” (2005). Novel pertama Darma, “Olenka,” memenangkan Hadiah Pertama Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 1980 dan Hadiah Sastra DKJ 1983. Novel keduanya, “Rafilus,” ditulis saat ia mendapatkan undangan untuk mengunjungi Inggris pada tahun 1985.
Teknik Kolase dalam Karya Sastra
Sebagai seorang novelis, Budi Darma dikenal karena inovasi teknik kolase yang diterapkannya dalam karya-karyanya. Teknik ini melibatkan penempelan potongan iklan bioskop dan tiket pertunjukan ke dalam teks sastra. Contoh penerapan teknik ini dapat ditemukan dalam novel-novelnya “Orang-Orang Bloomington” dan “Olenka.” Teknik kolase ini tidak hanya memberikan dimensi visual yang menarik tetapi juga mencerminkan kompleksitas dan dinamika kehidupan sosial yang digambarkan dalam karya-karyanya.
Penghargaan dan Pengakuan
Budi Darma telah menerima berbagai penghargaan atas kontribusinya dalam sastra. Selain Hadiah Sastra DKJ dan Hadiah Sastra ASEAN, ia juga dianugerahi Anugerah Seni Pemerintah RI pada tahun 1993. Pada tahun 2004, ia mendapatkan penghargaan sebagai warga berprestasi seni oleh Gubernur Jawa Timur. Pengakuan ini mencerminkan kontribusi signifikan Darma terhadap pengembangan dan pengayaan sastra Indonesia.
Kegiatan Akademik dan Penelitian
Di luar dunia penulisan, Budi Darma juga dikenal sebagai akademisi yang berdedikasi. Setelah menyelesaikan studinya di Universitas Gadjah Mada, ia mengabdikan diri sebagai pengajar di Universitas Negeri Surabaya (dahulu IKIP Surabaya) sejak tahun 1963. Selama kariernya, ia pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Sastra Inggris, Dekan Fakultas Keguruan Sastra dan Seni, serta Rektor IKIP Surabaya. Pada tahun 1980, setelah meraih gelar doktor, Darma menjadi visiting associate research di Universitas Indiana.
Darma juga dikenal sebagai Chief Editor untuk buku “Modern Literature of ASEAN” terbitan COCI (Committee on Cultural Information) ASEAN, yang membahas sastra di tujuh negara ASEAN. Kegiatan akademik dan penelitiannya menunjukkan komitmennya terhadap studi sastra tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga internasional.
Legacy dan Pengaruh
Budi Darma telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam sastra Indonesia melalui karya-karyanya yang inovatif dan kontribusinya sebagai pendidik. Gaya penulisannya yang khas, terutama penerapan teknik kolase, serta kemampuan untuk menggabungkan observasi sosial dengan fiksi absurd, menjadikannya salah satu sastrawan yang berpengaruh di Indonesia. Bahkan hingga dasawarsa 1990-an, cerpen-cerpennya masih mendapatkan penghargaan dari Kompas dan diakui sebagai salah satu penulis cerpen yang setia hingga usia senja.
Melalui karya dan dedikasinya, Budi Darma telah memperkaya khazanah sastra Indonesia dan meninggalkan warisan yang akan terus dikenang dan dipelajari oleh generasi mendatang.