Dee Lestari, nama pena dari Dewi Lestari Simangunsong, adalah salah satu penulis terkemuka di Indonesia yang karya-karyanya telah menjadi best-seller nasional. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa sebelum sukses dalam dunia sastra, Dee mengawali karier di industri musik sebagai penyanyi dan pencipta lagu. Sebagai anggota trio vokal populer, Rida Sita Dewi, Dee telah mencatatkan namanya di peta musik Indonesia sejak 1994.
Latar Belakang dan Kehidupan Awal
Dee Lestari lahir pada 20 Januari 1976 di Bandung, Jawa Barat, sebagai anak keempat dari lima bersaudara. Ayahnya, Yohan Simangunsong, adalah seorang anggota TNI yang juga belajar piano secara otodidak, yang membuat musik menjadi bagian penting dalam kehidupan Dee sejak kecil. Tak hanya Dee yang terjun ke dunia seni, beberapa saudara perempuannya juga aktif di bidang seni. Kakaknya, Key Mangunsong, adalah seorang sutradara dan penulis skenario, sementara Imelda Rosalin menjadi pianis dan penyanyi jazz. Adik perempuannya, Arina Ephipania, dikenal sebagai vokalis band indie terkenal, Mocca.
Perjalanan Karier di Industri Musik
Sebelum dikenal sebagai penulis, Dee lebih dulu bersinar di dunia musik bersama trio Rida Sita Dewi (RSD). Dibentuk pada tahun 1994, trio ini meraih popularitas dengan album-album seperti Antara Kita (1995), Bertiga (1997), dan Satu (1999). Lagu-lagu hits seperti “Kepadamu” dan “Tak Perlu Memiliki” membawa nama trio ini semakin dikenal. Pada tahun 2006, Dee merilis album solo berbahasa Inggris berjudul Out Of Shell, dan pada 2008, ia merilis album RectoVerso, yang berisi kombinasi antara musik dan cerita pendek. Lagu “Malaikat Juga Tahu” dari album ini menjadi salah satu karya yang paling dikenang oleh penggemarnya.
Debut Sastra: Supernova
Dee Lestari mulai menulis jauh sebelum merilis novel pertamanya, Supernova: Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh, yang diluncurkan pada 2001. Novel ini langsung mendapat perhatian publik dengan tema yang unik, menggabungkan unsur sains, filosofi, dan cerita cinta. Supernova terjual lebih dari 12.000 eksemplar dalam 35 hari pertama dan hingga kini telah mencapai angka 75.000 eksemplar. Keberhasilan ini membawa Dee Lestari masuk dalam nominasi Khatulistiwa Literary Award pada 2001, sebuah pencapaian yang luar biasa untuk debut novelnya.
Setelah kesuksesan Supernova 1, Dee melanjutkan dengan seri berikutnya, Supernova 2: Akar pada 2002, yang sempat menimbulkan kontroversi karena penggunaan simbol Omkara, lambang suci umat Hindu. Meskipun sempat dikritik, novel ini tetap diterima dengan baik oleh masyarakat luas. Pada 2005, Dee merilis Supernova 3: Petir dengan menambahkan beberapa karakter baru, termasuk Elektra sebagai tokoh sentral dalam cerita.
Karya Lain: Menggabungkan Musik dan Sastra
Pada 2008, Dee merilis Rectoverso, sebuah karya inovatif yang menggabungkan musik dan fiksi. Buku ini berisi 11 cerita pendek yang diiringi oleh 11 lagu, menawarkan pengalaman unik bagi pembacanya. Salah satu lagu dari album ini, “Malaikat Juga Tahu,” menjadi sangat populer dan diadaptasi menjadi film pendek. Rectoverso juga semakin mengukuhkan Dee sebagai seniman multi-talenta yang mampu menggabungkan dua dunia seni, musik dan sastra, dalam satu karya.
Kesuksesan Perahu Kertas dan Lanjutan Seri Supernova
Pada tahun 2009, Dee menerbitkan novel Perahu Kertas, yang kemudian diadaptasi menjadi film pada 2012. Perahu Kertas menjadi salah satu karya paling populer dan sukses secara komersial, terutama di kalangan remaja.
Selanjutnya, Dee melanjutkan seri Supernova dengan menerbitkan Supernova 4: Partikel (2012), Supernova 5: Gelombang (2014), dan Supernova 6: Inteligensi Embun Pagi (2016). Supernova 6 menjadi puncak dari rangkaian cerita yang telah dimulai sejak 2001, dan penjualan novel ini sangat ditunggu-tunggu oleh penggemar setianya, yang dikenal sebagai “Addeection”. Bahkan, Dee mengadakan pre-order buku bertandatangan yang sukses besar.
Penghargaan dan Pengakuan
Sebagai penulis, Dee telah menerima berbagai penghargaan sastra, seperti masuk lima besar Khatulistiwa Literary Award pada beberapa kesempatan dan Penghargaan Sastra dari Kementerian Pendidikan & Kebudayaan Indonesia untuk novel Filosofi Kopi pada 2006. Selain itu, novel Supernova 6 dan Aroma Karsa juga mendapat penghargaan “Book of The Year” dari IKAPI pada 2016 dan 2018.
Kehidupan Pribadi
Di luar kariernya yang cemerlang, kehidupan pribadi Dee juga menjadi sorotan. Pada 2003, ia menikah dengan penyanyi R&B Marcell Siahaan dan dikaruniai seorang anak bernama Keenan Avalokita Kirana. Namun, pernikahan ini berakhir pada 2008. Dee kemudian menikahi Reza Gunawan, seorang pakar penyembuhan holistik, pada November 2008, dan mereka memiliki seorang anak bernama Atisha Prajna Tiara. Sayangnya, Reza Gunawan meninggal pada September 2022 akibat penyakit stroke.
Dee Lestari dan Karya-karya di Pasar Internasional
Walaupun Dee telah menulis lebih dari 17 buku, hanya dua di antaranya yang telah diterjemahkan ke bahasa Inggris, yaitu Supernova 1 dan Perahu Kertas. Dee mengakui bahwa penerjemahan adalah proses yang menantang, karena kualitas terjemahan sangat mempengaruhi keberhasilan karya di pasar internasional. Namun, ia tetap optimis bahwa beberapa karyanya dapat menembus pasar global dengan penerjemahan yang tepat.
Dee Lestari adalah sosok penulis dan seniman multi-talenta yang telah berhasil mencatatkan namanya di dunia sastra dan musik Indonesia. Dengan karya-karyanya yang inovatif dan menginspirasi, ia tidak hanya menghibur, tetapi juga memperkaya kehidupan banyak orang. Dee terus menjadi salah satu penulis yang paling berpengaruh di Indonesia, dan karyanya akan terus dikenang oleh generasi mendatang.
[…] Laskar Pelangi Fakta Unik Ayu Utami: Novelis Pendobrak Tabu dalam Sastra Indonesia Keunikan Dee Lestari: Penulis Multi-Talenta dan Ikon Sastra Modern Indonesia Sejarah Lahirnya Literasi dan Perkembangannya di Indonesia Wisran Hadi: Sosok […]