Malang, 21 Agustus 2024 – Togamas Dieng, Malang, menjadi pusat perhatian pada siang hari ini dengan menggelar program Pekan Komunitas, yang dihadiri oleh berbagai komunitas membaca dari seluruh Kota Malang. Dengan mengusung tagline “Dari Buku ke Temu,” Togamas mengajak para pencinta literasi untuk bersua dan bercengkrama dalam suasana penuh keakraban, sekaligus memperkuat ikatan di antara komunitas literasi yang ada.
Pekan Komunitas ini menandai langkah awal evolusi Togamas, yang tidak lagi hanya berfokus sebagai toko buku, tetapi juga menjadi destinasi wisata literasi. Dalam upaya ini, Togamas berencana untuk menyediakan berbagai spot menarik yang nyaman dan inspiratif bagi pengunjung yang ingin menjelajahi dunia literasi lebih dalam.
Diskusi yang berlangsung di acara ini menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi komunitas literasi, terutama dalam hal regenerasi anggota. “Komunitas yang sulit itu regenerasi, karena jika tidak ada regenerasi, komunitas akan meredup,” ujar Amar, selaku moderator acara siang hari ini.
Berbagai komunitas hadir untuk berbagi cerita dan pengalaman mereka dalam mengelola komunitas literasi di Kota Malang. Salah satunya adalah Muis dari Gubuk Tulis, sebuah komunitas yang aktif berdiskusi di warung kopi sejak tahun 2016 dan kini telah memiliki kedai kopi sendiri, Kedai Kopi Oase, sebagai tempat berkumpul dan berkreasi.
Komunitas lain yang turut meramaikan acara ini adalah Gelap Terang Pustaka Jalanan, yang didirikan oleh mahasiswa UMM pada tahun 2023. Komunitas ini rutin menggelar kegiatan literasi di Taman Merjosari setiap Minggu siang. Baca Buku Malang, yang didirikan oleh Alfita setelah menyelesaikan KKN, juga turut hadir. Komunitas ini aktif mengadakan lapak baca di Alun-alun Malang setiap Sabtu sore, di mana kegiatan ini diiringi dengan diskusi buku dan kegiatan sosial lainnya.
Kelompok Puisi Kata Pengantar (KPKP), komunitas yang awalnya sederhana, kini telah tumbuh dan secara rutin mengadakan acara baca puisi dua minggu sekali pada Rabu malam. Halaman Delapan, komunitas yang baru berdiri kurang dari setahun, aktif mengajak anggotanya untuk “ngaji buku” dan “buka buku” setiap akhir pekan di Kedai Kalimetro.
Dalam diskusi yang berlangsung, komunitas Kalimetro juga menyoroti pentingnya menjadikan peserta sebagai sumber informasi dalam setiap kegiatan literasi. Komunitas Duduk Baca, yang aktif mengadakan diskusi buku dua minggu sekali di Alun-alun Malang, juga berbagi pengalaman tentang tantangan yang mereka hadapi, terutama terkait perizinan kegiatan publik.
Selain itu, komunitas Pena Hitam yang bergerak di bidang seni bawah tanah, hadir dengan berbagai aktivitas seperti pameran, workshop crafting, dan kelas menulis. Mereka juga memiliki perpustakaan zine yang menjadi sumber inspirasi bagi anggotanya. Komunitas ini berbasis di Dau dan rutin mengadakan kegiatan pada akhir pekan.
Rega dari Perpustakaan Eja Wantah turut berbagi cerita tentang perpustakaan yang ia dirikan di dekat Araya sejak tahun 2021, dengan koleksi lebih dari 1000 buku dari berbagai genre. Perpustakaan ini buka setiap Senin, Rabu, Sabtu, dan Minggu, menyediakan layanan peminjaman buku untuk masyarakat sekitar.
Acara ini ditutup dengan diskusi interaktif yang melibatkan semua komunitas yang hadir. Mereka saling bertukar pikiran dan berbagi pengalaman dalam mengelola komunitas literasi, serta mencari solusi bersama untuk tantangan yang dihadapi, terutama dalam upaya meningkatkan minat baca di masyarakat. Kegiatan ini diharapkan dapat memperluas jaringan komunitas literasi di Kota Malang dan mendorong perubahan positif di lingkungan mereka.
Dengan berakhirnya acara ini, jelas terlihat bahwa dari kegiatan yang mungkin awalnya hanya iseng, banyak komunitas di Malang telah tumbuh menjadi gerakan yang berdampak nyata. Mereka tak hanya sekadar membaca dan menulis, tetapi juga berupaya menciptakan perubahan melalui literasi.
Ayo bergabung dan dukung komunitas literasi di Kota Malang! Bersama-sama, kita dapat meningkatkan budaya baca dan memperkuat literasi di masyarakat, demi masa depan yang lebih cerah.