Hampir semua orang di Indonesia sangat mengenal tentang kerupuk. Sejak masa lalu hingga saat ini kerupuk menjadi pendamping utama berbagai jenis makanan yang dinikmati oleh warga Nusantara. Tak dipungkiri, kerupuk seolah telah menjelma menjadi kudapan wajib bagi orang Indonesia dalam setiap menu yang terhidang. Sajian kerupuk juga terus berkembang dengan beragam nama dan jenisnya kini, meskipun bahan dan cara membuatnya hampir sama.
Di masa lampau sebelum Indonesia merdeka, kerupuk tidak hanya dikenal menjadi makanan Pribumi namun juga dinikmati oleh bangsa Eropa yang bermukim di Nusantara. Memang pada awalnya mereka bangsa Eropa tidak begitu mengenal tentang kerupuk, namun dalam perjalannya kerupuk menjadi identitas kuliner Indies. Hingga saat ini lambat laun banyak orang mengatakan bahwa seolah kurang lengkap jika makan tanpa ada kerupuk.
Sejarawan Fadly Rahman dalam bukunya yang berjudul “Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan di Indonesia”, mencatat bahwa kerupuk telah tertulis di prasasti Batu Pura sekitar abad ke-10. Bahkan hingga saat ini kerupuk bukan hanya menjadi pelengkap makanan namun, juga menjadi media dalam setiap perlombaan tujuh-belasan, yaitu lomba makan kerupuk. Setiap Agustus bangsa Indonesia memeringati hari kemerdekaannya dan biasanya tiap masyarakat di daerah turut memeriahkan dengan lomba-lomba di kampungnya masing-masing, salah satunya adalah lomba makan kerupuk.
Dalam perayaan kemerdekaan Republik Indonesia selalu dihiasi hiburan warga setelah melaksanakan upacara bendera. Lomba makan kerupuk selalu masuk dalam daftar perlombaan di kampung-kampung yang biasanya diselenggarakan oleh kelompok anak muda, rukun tetangga maupun komunitas lainnya. Belum dianggap menarik dan afdhol jika dalam perayaan tujuh-belasan tidak ada lomba makan kerupuk. Pelaksanaan lomba ini selain mudah penyelenggaraanya juga biayanya murah dan tentu dalam pelaksaannya akan riuh dan meriah.
Lomba makan kerupuk adalah hal yang sederhana. Sangat sederhana, namun dalam perayaan itu ada spirit untuk meramaikan peringatan hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Perlombaan jauh dari kesan sakral. Tak terlihat mewah dan mentereng. Bahkan banyak dilakukan oleh semua kalangan rakyat jelata hingga dilingkungan para pejabat dan elite masyarakat baik yang tinggal di perdesaan maupun di perkotaan. Baik yang tinggal di gang-gang kumuh maupun yang bermukim di klaster-klaster perumahan mewah. Semunya ramai mengikuti lomba makan kerupuk.
Dalam kegiatan ini, kerupuk yang awalnya sebatas pendamping makanan, maka di abad modern ini kerupuk telah bertransformasi menjadi alat mempertemukan beragam kelompok dan strata sosial masyarakat dalam ikhwal kegiatan perlombaan di perempatan-perempatan, di gang-gang kampung, maupun di perkantoran. Kerupuk telah berubah menjadi media yang mempersempit sekat antar warga yang berada di sebuah komunitas ataupun di komplek-komplek perumahan.
Oleh karena itu, meskipun alatnya hanya sebatas kerupuk yang dianggap sebagai kuliner yang biasa saja dan dianggap sebagai makanan yang tidak mewah, namun sejatinya posisinya sangatlah penting karena dengan alat kerupuklah kemudian banyak orang yang tinggal di komplek perumahan kemudian keluar rumah untuk mengikuti lomba makan kerupuk dalam rangka perayaan kemerdeakaan Indonesia.
Orang-orang yang tinggal di perumahan dulunya tidak atau kurang bertegur-sapa karena sibuk bekerja dan sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Dengan momentum hari kemerdekaan dan dengan alat kerupuk membuat tak sedikit warga keluar rumah untuk bertegur-sapa karena mengikuti lomba makan kerupuk atau sekadar menyaksikan kemeriahannya.