Satu setengah abad sudah International Women’s Day bergulir. Clara Zetkin, 113 tahun yang lalu Perempuan ini melakukan protes bersama masa aksi di Denmark. Setelah aksi itu berjalan, satu tahun kemudian, tepat pada 19 Maret 1911 lebih dari satu juta orang di Eropa memperingati momen yang sama. Tahun-tahun berikutnya terus berulang menjadi momen peringatan siapapun sebagai hari bangkitnya imajinasi kesetaraan gender. Di Malang, Kamis (7/2) memperingati hal yang serupa, turut memeriahkan IWD.
Qatrunnada Hamparan Melati, salah seorang peserta berpendapat pada IWD kali ini ia memperingatinya untuk menyusun pengetahuan tentang Perempuan sekaligus membangun Pengetahuan yang pernah hilang. “Ini aja kali ya aku sama temen-temenku lagi belajar Ekofeminisme, dimana kebutuhan mendasar perempuan itu berkelindan dengan penindasan alam gitu, punya logika yang sama dengan penindasan alam oleh Kapitalisme” terang Nada.
Selain itu, dalam IWD yang juga dimeriahkan oleh aktivitas resensi buku, Nada memberikan rekomendasi 5 buku untuk dibaca siapapun yang ingin belajar tentang perempuan.
Vandana Shiva, Bebas Dari Pembangunan
sumber:https://perpustakaan.cirebonkab.go.id/opac/detail-opac?id=18015
Buku hasil terjemahan Yayasan Obor pada tahun 1997 dari judul asli Staying Alive: Women, Ecology And Development. Buku ini rekomendasi bacaan wajib dari Nada dalam IWD. Alasannya dalam buku ini, kita akan menemukan simpul dari permasalah selama ini yang dihadapi oleh Perempuan secara khusus, dan Pejuang kesetaraan lain secara umum, seperti Pejuang HAM dan Anti Rasisme.
Tidak Ada Cerita Tunggal, Ruang Baca Puan
Sumber: https://www.instagram.com/de_nova_/p/C1JFP23SFuS/
Ruang Baca Puan adalah komunitas baca yang diinisiasi oleh Sajogyo Institute. Berdasarkan pada pijakan analisis Ekofeminisme, komunitas ini mengadakan program 30 hari literasi. Dalam program ini, masing-masing dari tiap anggota meyakini bahwa Perempuan memiliki seribu satu cerita yang berbeda-beda (tidak tunggal) dalam hubungannya dengan tanah air. Dalam buku ini, para penulis merefleksikan pengalaman mereka dan dirangkum dalam satu karya utuh.
“Teman-teman harus beli bukunya, jadi Tidak Ada Cerita Tunggal itu adalah kumpulan esai teman-teman Ekofeminisme dalam bentuk refleksi pengalaman ketubuhan mereka, buku ini keren banget” Kata Nada menyarankan peserta lain,
Nalar Kritis Muslimah, Dr. Nur Rofiah
Sumber: https://eperpus.kemenag.go.id/web/index.php?p=show_detail&id=41275
Bagi teman-teman Muslimah, khususnya yang ingin belajar tentang Perempuan, Nada merekomendasikan ini sebagai buku penting. Di dalam buku ini, penulis memberikan rekonstruksi sederhana terhadap masalah objektivikasi perempuan dalam tradisi Islam.
“Membicarakan perempuan dengan cara tidak menyudutkan, tidak moralis lah,” terang Nada.
Anne OF Green Gables, Lucy Maud Montgomery
Sumber: https://www.gramedia.com/products/anne-of-green-gables-republish-2022
Novel yang bercerita tentang Anne Shirley, seorang anak perempuan usia belia yatim-piatu dengan penuh imajinasi. Membaca buku ini, melepaskan kita pada belenggu kerumitan pikiran orang dewasa. Kisahnya tentang gadis kecil yang penuh kebebasan dan memiliki mimpi rumah tetap. Kendati masa kecil Anne hidup nomaden dari panti ke panti, Anne tetap hidup penuh ceria. Usai dipingit oleh Keluarga Matthew, Anne memiliki rumah yang ia impikan di Green Gables.
“Dunia menyebut mereka sebagai penyanyi, penyair, seniman, dan pendongeng; tapi mereka hanyalah orang-orang yang tidak pernah melupakan jalan menuju negeri dongeng”
Persuasion, Jane Austen
Sumber: https://www.gramedia.com/products/english-classics-persuasion
Novel klasik dari seorang penulis Ingrris ternama Jane Austen. Karya terakhir Jane yang ditulis pada akhir Desember 1817 ini berkisah tentang Anne Elliot, Perempuan Asli Inggris berusia 27 tahun yang diliit hutang. Ia jatuh cinta dengan seorang Komandan Angkatan Laut bernama Frederick Wentworth, tetapi cintanya dilarang oleh sang ibu karena ia tidak memiliki uang dan prospek yang cukup untuk menghidupi Anne. Novel tentang kekuasaan dan bujuk rayu atas harta.
Laki-laki mendapatkan keuntungan dari kita dalam menceritakan kisah mereka sendiri. Pendidikan telah menjadi milik mereka pada tingkat yang jauh lebih tinggi; pena telah ada di tangan mereka. Saya tidak akan membiarkan buku membuktikan apa pun.
Menutup perbincangan, Nada bicara tentang harapan gerakan perempuan di Malang yang digagas Women March Ngalam. Dengan adanya perayaan IWD, ia berharap semua orang memiliki keresahan yang sama tentang isu perempuan dan bisa bersama-sama memperjuangkan keadilan Perempuan, “semua yg sedang memperjuangkan keadilan bisa saling terhubung dan bisa berjuang bersam” ujar Nada, “satu lagi, jangan lupa nonton Princess Mononoke, “ pungkas Nada.
Penulis: Ajmal Fajar Sidiq
Foto: Alfaizi & Q.H Melati
[…] dari stigma bahwa peran mereka hanya berkisar pada urusan rumah tangga. Tidak ada batasan bagi perempuan untuk berkembang,” tegas Kak […]