Malang, 4 Oktober 2024 – Universitas Brawijaya, khususnya Fakultas Ilmu Budaya, baru-baru ini menghadirkan kuliah tamu yang menarik perhatian banyak kalangan, terutama mereka yang tertarik pada kajian budaya. Dr. Seno Gumira Ajidarma, seorang akademisi dan sastrawan ternama, menjadi narasumber dalam kuliah bertajuk “Togelismus Urbaningrum.” Dalam kuliah ini, Dr. Seno mengajak para peserta untuk melihat lebih dalam fenomena budaya “togel” atau judi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yang ternyata memiliki lapisan makna budaya dan ideologi yang kompleks.
Saat kita berbicara tentang togel atau judi, seringkali kita langsung mengaitkannya dengan hal-hal negatif, terutama perjudian yang mengandalkan keberuntungan. Namun, Dr. Seno menjelaskan bahwa judi, terutama dalam bentuk togel, telah menjadi bagian dari narasi budaya masyarakat Indonesia sejak lama. Bahkan, dalam berbagai karya sastra klasik, perjudian muncul sebagai gambaran dari taruhan hidup yang penuh risiko.
Dr. Seno menyebut bahwa dalam perjudian “tidak ada kebetulan, ramalan, atau mistik,” melainkan terdapat pola budaya yang terus bertahan dan berkembang hingga saat ini. Judi bukan sekadar aktivitas ekonomi, tetapi juga refleksi dari hasrat manusia akan keberhasilan dalam menghadapi tantangan hidup.
Pada dekade 90-an, dikenal adanya program Sumbangan Dana Sosial Berhadiah (SDSB), sebuah bentuk undian berhadiah yang kemudian dianggap mirip dengan togel. Program ini menjadi kontroversi di masyarakat karena dianggap sebagai bentuk perjudian yang dilegalkan oleh negara. Saat ini, bentuk-bentuk perjudian lainnya, seperti togel konvensional dan judi online, telah berkembang pesat, menjadi semacam “berhala” bagi masyarakat yang mendambakan kesuksesan instan. Menurut Dr. Seno, sukses adalah simulasi modern yang seringkali hanya ilusi belaka.
Koran Post Kota menjadi salah satu media yang banyak membahas isu-isu kelas bawah, termasuk togel. Media ini berperan sebagai representasi dari aspirasi dan keresahan masyarakat kelas bawah yang kerap mengandalkan judi sebagai pelarian dari himpitan ekonomi. Dr. Seno menjelaskan bahwa pola-pola budaya yang tercermin dalam togel adalah gambaran dari cita-cita, harapan, dan bahkan kesulitan yang dialami oleh mereka yang mungkin tidak memiliki akses ke peluang ekonomi lainnya.
Fenomena togel sering kali diiringi oleh ritual-ritual yang tampak irasional, seperti “memimpikan angka.” Mimpi, dalam konteks ini, dianggap sebagai bentuk kode budaya. Menurut Dr. Seno, ada dua jenis mimpi: dream work (kerja mimpi) dan mimpi manifes. Dalam tradisi para penjudi, mimpi menjadi “kode budaya” yang ditafsirkan untuk menghasilkan angka. Misalnya, jika seseorang tidak bermimpi, ia akan mencari mimpi orang lain atau bahkan mengaitkan nomor polisi kendaraan sebagai petunjuk angka togel.
Dr. Seno menghubungkan konsep ini dengan teori mimpi dari Sigmund Freud, yang membahas isi laten dan isi manifes dari mimpi sebagai alat untuk memahami hasrat tersembunyi manusia. Dalam konteks budaya togel, mimpi bukan sekadar lamunan, tetapi menjadi sarana pemenuhan keinginan (wish fulfillment) yang tercermin dalam budaya masyarakat.
Dalam dunia modern, konsep perjudian tidak lagi sekadar mengandalkan mimpi, tetapi sudah beralih ke “perjudian algoritmik.” Dengan bantuan teknologi dan perangkat intelijen, data mulai dari pola cuaca, kondisi lapangan, hingga data cedera atlet dikumpulkan dan dianalisis untuk memprediksi hasil. Ini menandakan bahwa konsep “judi” telah bertransformasi menjadi sesuatu yang ilmiah namun tetap berlandaskan pada spekulasi.
Dr. Seno mengkritik bagaimana masyarakat modern memandang “sukses” sebagai berhala baru. Sukses seringkali hanya simulasi yang diciptakan oleh media dan perusahaan besar, yang mendorong masyarakat untuk terus berjuang mencapai sesuatu yang mungkin tidak nyata. Budaya taruhan dan prediksi ini menggambarkan bagaimana masyarakat terbawa dalam ilusi kesuksesan yang diciptakan oleh algoritma dan sistem kapitalis.
Di akhir pembahasannya, Dr. Seno mengangkat pentingnya ruang publik sebagai arena untuk mengekspresikan kebebasan budaya. Dalam konteks perjudian, masyarakat kelas bawah sering kali memanfaatkan ruang publik sebagai tempat untuk membahas dan berbagi informasi tentang “kode” angka atau taktik berjudi. Hal ini, menurut Dr. Seno, adalah bentuk perlawanan budaya terhadap narasi dominan yang seringkali dikendalikan oleh perusahaan besar atau rezim kekuasaan.
Kuliah tamu ini memberikan perspektif baru tentang bagaimana kita memahami togel dan perjudian, bukan sekadar dari sisi ekonomi atau hukum, tetapi sebagai bagian dari narasi budaya dan ideologi masyarakat. Dr. Seno Gumira Ajidarma berhasil membukakan mata kita akan lapisan-lapisan budaya yang hidup dalam praktik-praktik sehari-hari, yang terkadang kita abaikan atau pandang sebelah mata.
Melalui kajian ini, masyarakat diingatkan bahwa budaya tidak hanya terbentuk dari nilai-nilai luhur atau tradisi yang dianggap positif, tetapi juga dari kebiasaan sehari-hari yang berakar kuat dalam kehidupan sosial.
[…] anak muda yang lahir di perkotaan, dengan keluarga yang tidak terlalu masif untuk mempopulerkan budaya daerah, bahkan lingkungan pun jauh dari aktivitas kebudayaan, kehadiran SRF bak penyelamat dari […]
[…] Ilmu Budaya Universitas Brawijaya sukses menyelenggarakan bertajuk “Kajian Budaya Togelismus Urbaningrum” dengan narusumber bapak Dr. Seno Gumira Ajidarma, […]