Sejarah perbukuan dunia adalah cerminan perjalanan panjang umat manusia dalam menemukan dan mengembangkan sarana untuk menyimpan serta menyebarkan pengetahuan. Setiap inovasi yang muncul tidak hanya mewakili perkembangan teknologi, tetapi juga menggambarkan perubahan sosial yang signifikan di berbagai belahan dunia. Perjalanan ini bermula dari tablet tanah liat di Mesopotamia, hingga mencapai era buku elektronik di masa kini. Setiap langkah dalam sejarah buku membentuk budaya intelektual, memperluas akses pada informasi, dan memainkan peran vital dalam kemajuan peradaban manusia.
Pada sekitar tahun 3000 SM, bangsa Sumeria di Mesopotamia menciptakan salah satu sistem tulisan pertama yang dikenal sebagai aksara paku (cuneiform). Dengan menekan alat tulis pada tablet tanah liat basah, mereka mampu mencatat berbagai transaksi perdagangan, hukum, dan bahkan teks keagamaan. Tablet tanah liat yang kering menjadi media penyimpanan informasi yang kokoh, meski terbatas dalam segi portabilitas dan kemudahan produksi. Namun, tablet ini adalah titik awal revolusi komunikasi tertulis yang akan terus berkembang seiring zaman.
Tidak jauh dari Mesopotamia, sekitar 2500 SM, bangsa Mesir Kuno mengembangkan papirus, yang terbuat dari tanaman papirus yang diolah menjadi lembaran tipis. Papirus ini lebih fleksibel dan praktis daripada tablet tanah liat, memungkinkan Mesir Kuno untuk mencatat berbagai teks keagamaan, administratif, dan sastra. Papirus menjadi simbol peradaban Mesir yang mengandalkan administrasi yang tertata dan kuat. Namun, seiring berjalannya waktu, papirus mulai digantikan oleh perkamen yang diperkenalkan oleh bangsa Yunani dan Romawi. Kulit hewan yang diolah menjadi perkamen memiliki daya tahan lebih lama dan bisa digunakan di kedua sisinya, menjadikannya lebih praktis dalam menyimpan teks panjang.
Pada zaman klasik, muncul inovasi penting lainnya—kodeks, yang mulai menggantikan gulungan papirus. Kodeks terdiri dari lembaran-lembaran yang dijahit menjadi satu, mirip dengan bentuk buku modern. Keuntungan kodeks adalah kemudahannya untuk dibaca, disimpan, dan dicatat, menjadikannya format dominan untuk berbagai teks penting. Pada abad ke-8, kertas mulai diperkenalkan ke dunia Islam melalui pertempuran Talas antara Dinasti Abbasiyah dan Dinasti Tang. Kemenangan Abbasiyah membawa pengrajin kertas Tiongkok ke Samarkand, di mana kertas-kertas mulai diproduksi secara massal dan teknik ini segera menyebar ke seluruh dunia Islam dan kemudian ke Eropa.
Pada abad ke-15, dunia menyaksikan salah satu inovasi paling berpengaruh dalam sejarah perbukuan: mesin cetak dengan huruf bergerak yang dikembangkan oleh Johannes Gutenberg. Penemuan ini merevolusi cara buku diproduksi, memungkinkan pencetakan dalam jumlah besar dengan biaya lebih rendah dan waktu yang lebih cepat. Salah satu karya pertama yang dihasilkan dari mesin ini adalah Alkitab Gutenberg, yang dicetak pada tahun 1455. Revolusi percetakan ini mempercepat penyebaran pengetahuan dan menjadi salah satu pemicu utama Renaisans dan Reformasi Protestan.
Memasuki abad ke-18 dan ke-19, revolusi industri membawa perubahan besar dalam penerbitan. Mesin cetak bertenaga uap memungkinkan produksi massal buku dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi. Dengan pendidikan massal dan angka melek huruf yang meningkat di Eropa dan Amerika Utara, permintaan akan buku, terutama buku pelajaran, juga melonjak. Perkembangan ini mendorong pertumbuhan perpustakaan publik dan menjadikan buku sebagai bagian penting dari kehidupan masyarakat.
Memasuki abad ke-20, industri buku terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Buku saku (paperback) diperkenalkan pada tahun 1935 oleh Penguin Books, menjadikan buku lebih terjangkau dan mudah diakses oleh masyarakat luas. Di era modern, teknologi digital mengubah cara orang mengakses informasi. Dengan munculnya e-reader seperti Kindle pada tahun 2007, buku elektronik (e-book) memungkinkan pembaca membawa ribuan judul dalam satu perangkat kecil. Teknologi cetak sesuai permintaan (print on demand) juga memungkinkan penerbitan buku dalam jumlah kecil sesuai permintaan, membantu mengurangi risiko kelebihan stok dan memperkecil biaya produksi.
Sejarah buku adalah kisah adaptasi yang tak pernah berhenti. Dari tablet tanah liat hingga buku digital, setiap inovasi dalam dunia perbukuan bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan pengetahuan dan bagaimana informasi disebarkan. Buku telah menjadi medium paling penting dalam penyebaran ide dan pengetahuan sepanjang sejarah, menjadikan perjalanannya sebagai refleksi dari perjalanan intelektual dan budaya manusia.
[…] Mengapa Buku-Buku Dibakar? Mengapa Benda Mati Itu Dihukum? Sejarah Perbukuan Dunia: Dari Tablet Tanah Liat hingga Era Digital Sejarah Perbukuan di Indonesia: Perjalanan Panjang Pengetahuan Tertulis Keunikan […]
[…] Kertas Bibliosida: Mengapa Buku-Buku Dibakar? Mengapa Benda Mati Itu Dihukum? Sejarah Perbukuan Dunia: Dari Tablet Tanah Liat hingga Era Digital Sejarah Perbukuan di Indonesia: Perjalanan Panjang Pengetahuan Tertulis Keunikan […]
[…] buku murah menjadi salah satu daya tarik utama acara ini. Beragam buku pelajaran, novel, dan bacaan umum […]