Kemanusiaan Dihilangkan
Ketika kemanusiaan dihilangkan
Ketika keadilan dihancurkan
Yang mapan menjadi teman
Yang miskin ditepikan
Kita kadang lupa menjadi manusia
Manusia yang sebenar-benarnya manusia
Manusia yang bertindak semaunya
Manusia yang mengabaikan semuanya
Pesisir Kota
Kabar pesisir kota hari ini terpantau cuacanya kian memburuk
Angin hari ini berhembus ke timur, dan tongkol seakan menjauh
Mendung yang tak berarti hujan masih membayangi pesisir kota hari ini
Semoga esok, dapur para nelayan bisa mengebul, dan anak tetap tersenyum
Perhatikan Lautmu
Wahai penguasa negeri,
Kuhaturkan salam takzimku sebagai sebagian dari rakyatmu
Di tengah kegelapan malam yang menyelimuti samudera ini
Aku sendiri terapung-apung di tengah lautan
Menanti datangnya ikan ke dalam jalaku
Kami berharap dan sangat memberikan dukungan padamu, wahai penguasa negeri
Bantulah kami untuk sekadar menambah jumlah ikan di jala kami
Jagalah laut kita yang luas ini dari kejahatan pencurian ikan
Yang dilakukan oleh orang asing
Tolong jagalah, wahai penguasa negeri ini
Ladang Sawah Terbayar Murah
Jalan panjang terjal berbatu
Dibunuhnya harapan malu
Ia tumbuh mesra dengan dingin dan kabut
Sementara mereka dikelilingi bukit terjal,
Ditanamnya stroberi dan bawang untuk menyambung hidup
Tuan kota datang dengan membusungkan dada,
Tangan terbalut riasan mewah dengan koper merah
Ladang dan sawah akhirnya terbayar murah
Negara
Seorang anak kecil bertanya pada sang ayah, “Pak, negara itu apa?”
Sang Ayah lantas menjawab, “Negara adalah jalanan kota yang begitu menjelang pukul 21.00, di kala pandemi, mobil-mobil patroli akan berseliweran dengan sirinenya. Kemudian pedagang kaki lima akan bergegas mengemas dagangannya, dan menutup gerobaknya Lalu, lampu-lampu jalan jalan dimatikannya, sehingga mereka hanya bisa berbisik lirih, “Ya Allah, besok pagi makan apa?” sesampainya di rumah.