Masih ingat pidato yang disampaikan Soekarno dalam Sidang Umum PBB XV tanggal 30 September 1960?
“Let us consider then, whether the five principles I have enunciated would make our Charter stronger and better. I believe, yes I firmly believe, that the adobtion of those five principles and the writing of them in to the charter, would greatly strengthen the United Nations. I believe it would bring the United Nations in to line with the recent development of the world. I believe it would make possible for the United Nations to face the future refreshed and confident. Finally, I believe that the adoption of Pancasila as a foundation of the Charter would make the Charter more wholeheartedly acceptable to all members, both old and new.”
(Oleh karena itu, marilah kita pertimbangkan apakah lima sila yang telah saya kemukakan dapat memperkuat dan memperbaiki piagam kita. Saya yakin, ya saya yakin seyakin-yakinnya bahwa diterimanya kelima prinsip itu dan dicantumkannya dalam piagam akan sangat memperkuat Perserikatan Bangsa-Bangsa. Saya yakin, bahwa Pancasila akan menempatkan Perserikatan Bangsa-Bangsa sejajar dengan perkembangan terakhir dari dunia. Saya yakin bahwa Pancasila akan memungkinkan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menghadapi hari kemudian dengan kesegaran dan kepercayaan. Akhirnya, saya yakin bahwa diterimanya Pancasila sebagai dasar piagam akan menyebabkan piagam ini dapat diterima lebih ikhlas oleh semua anggota, baik yang lama maupun yang baru.)
Sungguh menarik bukan? sebagai pemimpin sebuah negara yang memiliki umur terbilang masih sangat muda, Soekarno berani dan secara tegas menyampaikan usulan tentang Pancasila agar dimasukkan dalam Piagam PBB, sekaligus menjadi landasan PBB. Tak hanya itu, bahkan banyak pidato Soekarno yang mampu membangkitkan semangat untuk melawan imperialisme dan kapitalisme antar bangsa-bangsa yang terjajah. Dapat dikatakan, bahwa retorika Soekarno tak pernah gagal. Dengan ciri khas retorika yang tegas, bersemangat, dan penuh percaya diri, ia dapat secara konsisten mampu menciptakan emosi positif antar bangsa-bangsa dengan dasar perasaan yang sama, yaitu rasa sakit karena ketidakadilan sistem pemerintahan masa itu. Selanjutnya, mari sejenak menengok ke belakang. Sungguh, masyarakat Indonesia sepanjang masa, harus berterima kasih kepada Soekarno. Hal ini tidak hanya karena Soekarno merupakan pemimpin bangsa Indonesia pertama kali, melainkan berkat jasa Soekarno, dunia satu persatu mulai mengenal Indonesia.
Kembali lagi, dari sosok Soekarno banyak hal yang dapat kita pelajari, salah satunya adalah kecerdasan retorika yang dimainkannya selalu mampu memikat pendengar untuk turut masuk dan merasakan rasa senasib dan sepenanggungan. Dengan kata lain, kemampuan Soekarno berorasi dalam kancah nasional maupun internasional yang penuh percaya diri tidak lepas dari bagaimana dia membangun persepsi bahwa dia dapat tampil mewakili negaranya dan pemimpin negara-negara tertindas. Ia mempresepsikan bahwa negara kecil, seperti Indonesia pada masa itu bisa dan berusaha bisa untuk menjadi setara dengan negara besar, katakanlah Amerika. Soekarno yakin, bahwa dirinya dan para pemuda Indonesia mampu mewujudkan Indonesia sebagai negara yang besar. Hal ini juga merupakan salah satu bentuk realisasi dari kalimat yang pernah diucapkan Soekarno, “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”