Dhea Fajrin Barkah

angan-angan

dan segala sua adalah bukan kebetulan.
kita punya alasan untuk ada;
ada alasan untuk kita.

maka aku tak ingin banyak bicara. kukira kejadian lebih bisa menjelaskan segala doa yang tercapai. mungkin Galaksi terlalu berat untuk kumiliki. karena kau semakin jauh saja. sedang Bulan di atas ayunan, mulai turun duduk di muka rumah. 

ah, hanya aku saja yang menduga
kita bisa bersama.

hei, aku tidak haus. aku ini tandus atas kemauanku sendiri. maka kalau Galaksi bukan untukku, biar Kutub Utara jadi tempat pelabuhanku. ada Aurora. ada Salju Abadi di Rusia. dan kepada Cinta aku abadi berpuasa.

 

mana layak yang disebut rumah?

kita bermain teka-teki
di tengah pertanyaan pantaskah aku menghibur diri?
lautan kecemasan telah menenggelamkanku
pada keinginan untuk pulang
tapi kau kembali bertanya
di mana sakit yang tak berdarah?
para hiu memperlihatkan giginya yang tajam
tapi aku tidak takut sama sekali
aku ingin pulang karena cemas
di tengah lagi pertanyaan
mana layak yang disebut rumah? 

 

palsu

ada kepalsuan yang menyelimuti kita semua. segala macam bahasa takkan mampu mengupas asing yang kita ciptakan. bahkan kita sering tak sadar telah lepas kendali. seperti ranum pada buah yang terlalu matang. pipimu merah. sumber magisku telah membuat air pada dirimu bergejolak. aku lepas kendali. terlalu panas di dalam sini. tapi yang di luaran aman terkendali. kita diselimuti kepalsuan seperti semua tempat baik-baik saja. buah yang ranum itu akan jatuh atau dipetik. seperti kita yang telah sadar; akan mati atau dimakan.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here