Desa Membangun
Suasana Workshop Sinau Ing Ndeso (Sinando) | Foto: Muhammad Amin Pure

Salah satu cara untuk menciptakan masyarakat desa yang sejahtera adalah dengan upaya pemberdayaan potensi yang ada di desa tersebut. Upaya pemberdayaan ini yang kemudian diartikan sebagai membangun desa dengan pendekatan desa membangun. Mengapa desa membangun? Karena desa (warga) mestilah diposisikan sebagai subjek dari pembangunan sehingga berlangsung selaras kebutuhan dan potensinya.

Desa dengan segala keanekaragaman budaya dan adat istiadatnya adalah kekayaan peradaban kita. Satu desa dengan lainnya mempunyai ciri khas masing-masing. Otentik. Karena itu, dalam membangun sebuah desa tentu tidak bisa diseragamkan, tetapi perlu disesuaikan dengan kondisi kehidupan dan kebudayaan yang ada pada desa masing-masing.

Membangun desa yang sesuai dengan konteks wilayah desa tersebut, ini yang kemudian dilakukan oleh pemerintah dengan cara melakukan program Workshop Sinau Ing Ndeso (Sinando). Program ini diselenggarakan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Provinsi Jawa Timur, tepatnya di Desa Kare Kecamatan Kare Kabupaten Madiun. Dalam kegiatan workshop tersebut, kepala dinas DPMD yang diwakilkan oleh stafnya yaitu bapak Bambang mengatakan bahwa “kegiatan kali ini kami lakukan dengan cara yang berbeda, yaitu dengan cara menjemput bola atau mendatangi desa untuk melakukan sinau bersama masyarakat untuk mengetahui potensi desa tersebut. hal ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan di hotel.”

Selain itu, kegiatan tersebut juga mendapat respons positif dari Kepala Desa Kare bapak Sutrisno. Dalam sambutanya, beliau menyampaikan, “semoga kegiatan seperti ini dapat memberikan manfaat bagi aktor-aktor penggerak dan masyarakat desa kare dalam membangun desa menjadi lebih baik dan maju.”

Pemberdayaan SDM Sebagai Kunci

Dalam kegiatan workshop ini turut mengundang narasumber Redy Eko Prasetyo (Pelaku Budaya, Pembakti Kampung Cempluk, dan mahasiswa doktoral Sosiologi Fisip UB penerima awardee BPI). Sebagai aktor kebudayaan dan pembakti kampung, beliau menyampaikan bahwa “segala aktivitas yang dilakukan di kampung adalah bagian dari kebudayaan, maka hal ini perlu untuk dirawat dan dinarasikan sehingga menjadi suatu aktivitas yang  tidak terlewatkan ibarat perayaan hari raya yang selalu dirayakan dan tidak akan pernah ditunda.”

Tidak hanya itu, lanjut Redy, ketika berbicara kebudayaan maka yang perlu untuk diberdayakan adalah subjek kebudayaan tersebut yakni masyarakat. Hal ini dilakukan dengan cara menumbuhkan tanggung jawab sosial (Personal Social Responsibility/PSR) bagi setiap aktor masyarakat setempat. Mengapa PSR ini penting? Sebab, untuk menghindari yang namanya kosmetika kebudayaan dimana kebudayaan hanya dipandang sebagai komoditas belaka.

Pemberdayaan masyarakat ini yang kemudian akan memunculkan yang namanya kreativitas dalam mengelola potensi desa. Ketika kreativitas ini muncul maka masyarakat akan berbicara soal gagasan untuk membangun desa. Inilah yang disebut oleh Redy sebagai intelektual kampung/desa.

Selain itu, di era generasi muda hari ini, bagaimana kita dapat menciptakan peluang-peluang berdasarkan kreativitas atas kesukaan anak muda sekarang atau bisa disebut passionpreneur bukan lagi entrepreneur lagi, tutur Redy.

Pariwisata Desa: antarDesa Wisata-Wisata Desa

Di era pertukaran informasi yang semakin cepat ini, lingkungan pedesaan mendapat dampak signifikan karena desa, sekalipun terpencil, dapat terhubung dengan dunia. Fenomena itu perlu dilihat sebagai tantangan sekaligus peluang dalam memajukan desa. Oleh karena itu, desa perlahan mulai berubah dengan konsep membangun desa melalui potensi pariwisat. Konsep ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan menciptakan kesejahteraan.

Dalam konteks pariwisata desa terdapat dua konsep yang secara metodologi berbeda dalam pendekatan perencanaan maupun implementasi kebijakan. Memahami dengan baik kedua konsep ini memberikan titik awal yang tepat dalam merencanakan desa pariwisata.

Konsep pertama, desa wisata. Konsep ini menampilkan bagaimana sebuah desa didesain untuk menarik pengunjung dengan beragam potensi pariwisata yang ada pada desa tersebut, destinasi wisata pada desa wisata ini bisa berupa wisata buatan dan wisata alami. Ketika desa ingin bertransformasi menjadi desa wisata maka aspek pendukungnya pun juga harus disediakan seperti aksesibilitas, penginapan, persetujuan masyarakat dan keamanan yang terjamin. Karena itu, desa wisata ini juga berpotensi berubah struktur kehidupan yang ada di desa dan memerlukan perencanaan yang baik agar desa mampu berdaya dalam jangka panjang.

Konsep kedua, wisata desa. Konsep ini menjadikan desa sebagai destinasi wisata dengan menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian desa tersebut. Keaslian desa ini yang dikemas dengan menjadi objek-objek wisata bagi para pengunjung yang datang. Objek wisata ini dapat berupa suasana alam yang natural, festival kebudayaan yang masih terjaga, kuliner khas yang ada di desa dan lain sebagainya.

Bentuk lain dari wisata desa  ini adalah memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk life in (turun dalam kehidupan masyarakat) bahkan sampai dalam hal penginapan ikut tinggal  bersama dengan masyarakat wisata desa tersebut.

Terakhir, untuk membangun desa maka penguatan SDM, penting untuk menciptakan kreativitas dalam memberdayakan potensi yang ada. Selain itu, networking (jejaring) dan kolaborasi antarunsur-unsur yang ada menjadi titik balik dalam membangun desa dengan pendekatan desa membangun.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here