Mencuri Raden Saleh film Indonesia yang hampir menjadi keren, karena keunikan ide yang relatif berbeda daripada film Indonesia pada umumnya. Baru-baru ini film Indonesia kembali membuat banyak perubahan termasuk alur yang semakin membuat para penonton sangat penasaran dengan perkembangan industri film Indonesia.

Setelah Pengabdi Setan 2 karya Joko Anwar menjadi salah satu pembahasan yang sangat luar biasa di jagat sosial media, kali ini Mencuri Raden Saleh karya Angga Dwimas Sasongko menjadi pembahasan yang sangat panas. Selain karena ide cerita yang sangat segar (bagi jagat perfilman Indonsia), film ini bertabur bintang dan juga pendanaan yang tentunya tidak sedikit.

Penggemar pada umumnya juga merasa, bahwa film Mencuri Raden Saleh sangat sukses menarik perhatian para penonton. Namun tahukah kalian bahwa ada beberapa celah yang sebenarnya membuat film ini bagi saya biasa saja?

Point pertama yang perlu kalian tahu mengenai film Mencuri Raden Saleh adalah konflik yang tidak seimbang. Bagi saya sebuah film tergolong salah satu karya yang cukup besar dan memiliki sebuah konflik yang seimbang. Namun film satu ini memperlihatkan ada sebuah konflik yang terkesan cukup ringan namun menjadi sebuah masalah besar.

Konflik ini bisa kalian lihat ketika operasi pencurian pertama yang dilakukan oleh tim komplotan pencuri luliksan (Ucup, Piko, dan kawan-kawan). Rencana yang telah dirancang oleh tim komplotan sangat luar biasa komplit. Bahkan mereka telah memalsukan sebuah truk besar yang digunakan untuk mengantar lukisan dengan cara yang sangat komplit dan semirip mungkin.

Namun para komplotan pencuri lukisan ini tidak memperhitungkan dengan baik cara melarikan diri yang baik ketika benar-benar tertangkap, sehingga ketika panik maka mereka menjadi kacau-balau. Padahal pemantik dari konflik ini terjadi adalah sebuah perkara sepele. Saat itu Piko dan Sarah yang menyetir mobil palsu tidak sengaja ditabrak oleh mobil polisi.

Piko dan Sarah yang mengetahui bahwa mobil yang menabrak mereka adalah polisi, akhirnya menjadi panik dan tidak terkendali. Padahal saat itu, masih belum ada yang menyadari bahwa mereka sebenarnya berniat untuk mencuri lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro dan menukar mobil lukisan tersebut.

Reaksi tersebut tergolong sepele, jika Piko dan Sarah tidak panik saat itu maka konflik pertama yang dialami para komplotan tersebut tidak akan terjadi. Tuktuk dan Gofar juga mengalami nasib yang sama, hanya karena sebuah panik yang tidak penting konflik terjadi. Hal itu juga berlaku pada Ucup dan Fella yang bertindak ceroboh ketika sedang panik.

Angga Sasongko selaku sutradara film Mencuri Raden Saleh, mungkin membuat konflik yang ringan ini menjadi terkesan berat karena mengingat usia mereka semua yang masih sangat muda. Sehingga pilihan konflik ini menjadi cukup logis, walau sebenarnya tetap tidak berimbang jika itu ada dalam sebuah film sebesar Mencuri Raden Saleh.

Padahal sebagai genre film Heist, Mencuri Raden Saleh bisa belajar dengan lebih intens jika melihat film dengan genre yang sama seperti Money Heist. Sehingga film Mencuri Raden Saleh akan jauh lebih menarik sebagai salah satu film terbaru yang mencoba mengusung genre agak laen daripada film Indonesia kebanyakan.

Terlepas dari itu semua, film Mencuri Raden Saleh menjadi langkah awal yang cukup baik untuk perfilman Indonesia. Agar menjadi lebih berkembang dan lebih baik kedepan. Indonesia akhirnya bisa membuat film yang gak hanya itu-itu saja.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here