Serasi
Sumber foto: Kibrispdr.org

Saat waktu longgar pada hari minggu, tak banyak yang bisa dikerjakan. Jadwal keluar rumah hanya sebentar itu pun mengantarkan anak ke toko buku. Selebihnya di rumah menikmati semilir angin yang terhembus dengan pelan dan sejuk. Mungkin anginnya membawa butiran hujan. Awal Oktober ini mulai memasuki musim penghujan. Dan kebetulan pada hari minggu awal Oktober ini, Kota Malang diguyur hujan gerimis.

Saat di toko buku, mata tak bisa menghindar dari tingkah polah seorang anak kecil yang mondar-mandir, seolah menjauh dari ibunya, meskipun tetap kembali ke tempat ibunya yang sedang mengamati rak-rak buku pertanian. Anak tersebut terlihat aktif bergerak. Ia mengenakan celana panjang dan kaos oblong dan dipadu dengan kemeja yang enak dipandang mata. Nyaris semuanya serasi, mulai dari warna celana, baju, dan kaosnya. Bahkan terlihat sepatunya juga enak dilihat meskipun dengan warna agak mencolok. Serasi. Ya, serasi sedap dipandang.

Semuanya terlihat pas ukuran dan takarannya. Ukuran bajunya terkesan pas dengan badannya yang tidak terlalu kecil dan juga tidak terlalu besar dan tinggi. Demikian juga warna bajunya, seolah sudah sesuai takaran.

Memang kalau semuanya sudah serasi, dilihat dari samping manapun akan tetap terlihat cocok. Ibarat kehidupan seorang manusia, jika semuanya sudah sesuai dengan ukuran dan takarannya tidak berlebih serta tidak berusaha mengurangi kadarnya –misalnya saat berinteraksi, dengan siapa pun ia akan tetap bisa menyesuaikan. Tetap nyaman, karena kehadirannya tidak menjadi ancaman bagi yang lainnya. Itulah hidup yang dapat memberikan makna pada kehidupan bersama.

Kembali pada aktivitas hari minggu di rumah, atau kalau orang Indonesia dulu sering sebut hari Ahad, kegiatan yang biasanya dilakukan hanya sekadar bersih-bersih rumput, sampah, dan menata barang-barang yang ada agar terlihat rapi dan enak dipandang mata. Dan memang betul, manakala barang-barang yang terlihat berantakan setelah pada hari sebelumnya digunakan untuk menunjang kebutuhan kegiatan setiap orang, pada hari minggu kemudian ditata kembali pada tempatnya semula dan dibersihkan sebagaimana mestinya. Akhirnya lingkungannya pun enak dilihat. Tidak lagi berantakan.

Sumber foto: Kompasiana.com

Saat mengangkut barang-barang yang sudah masuk kategori sampah ini kadang terpikir, berarti petugas pengangkut sampah kerjanya lumayan berat. Petugas sampah ketika menjalankan tugasnya tidak lagi memikirkan bagaimana nanti membuangnya.

Bagaimana kalau dalam menjalankan tugasnya ia bertemu temannya atau tetangganya, dan seterusnya. Si petugas sampah terus istiqamah menjalankan kewajibannya mengambil dan membersihkan sampah rumah tangga di lingkungan kampung tersebut.

Inilah pelajaran berharga, saat setiap orang menjalankan tugasnya tentu tidak perlu memikirkan tentang apa dan siapa dirinya. Namun yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana tugas yang telah menjadi kewajiban ini tetap dijalankan dengan konsisten dan penuh tanggung jawab.

Setiap orang yang menjalankan kewajibannya tidak perlu lagi melihat siapa saya, tapi yang mesti dilakukan adalah menunaikan kewajibannya. Karena setiap orang sudah mempunyai nasib dan takdirnya masing-masing. Tidak perlu keluh kesah.

Kehidupan itu sebenarnya telah disesuaikan dengan hukum sunnatullah-Nya agar semuanya terlihat serasi dan enak dipandang. Ada besar dan ada yang kecil. Ada yang tinggi dan ada yang rendah dan seterusnya. Itulah kehidupan yang fana yang mesti dijalani oleh setiap manusia.

Sumber foto: talenta.co

Setiap manusia dalam menjalani kehidupan jika diilustrasikan seperti orang yang memakai baju, ada orang yang ukuran tubuhnya kecil maka jangan menggunakan baju yang ukurannya besar seperti ukuran XL karena akan terlihat kedodoran dan sangat tidak sedap dilihat dari pandangan manapun. Demikian juga sebaliknya, orang yang bertubuh kekar, besar dan tinggi lalu memakai baju dengan ukuran yang kecil akan terlihat tidak cocok.

Misalnya seseorang yang terbiasa menggunakan baju berukuran XL lalu saat ia memakai baju dengan ukuran M agar dianggap press body demi terlihat modis dan seperti olahragawan, maka kemungkinan ia akan merasa tidak nyaman. Bagi yang melihat pun juga akan berkomentar meskipun hanya di dalam hati, “kok bisa pakai baju yang kekecilan?”

Ilustrasi baju ini kira-kira sama dengan ilustrasi orang makan. Misalnya, tidak biasa makan dengan porsi yang banyak namun karena menunya dianggap istimewa, ia kemudian makan dengan porsi yang banyak hingga lahap, besar kemungkinan setelah makan muncul persoalan dengan perutnya karena terlalu kenyang.

Memang menurut banyak petuah dari para orang tua dan sesepuh, seorang anak manusia yang hidupnya betul-betul menjalani kehidupan sebagaimana selayaknya manusia, hidupnya tidak perlu berlebih. Secukupnya dan sepatutnya saja. Jika semuanya sesuai dengan takaran dan porsinya maka kehidupannya akan selalu terlihat serasi, selalu enak dipandang dan menyenangkan bagi makhluk lainnya.

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here