Bunyi mesin menderu-deru, kepul asap nan debu bersatu padu
Simpang jalan sesak penuh pencari tuju kala denting tak henti berseru
Putih biru berbelang, berdiri di antara jalan simpang
Kala pagi menjelang hingga hari telah berganti siang
Penat satu kata tak pernah terbilang
Modal dengkingan dan gerakan tangan
Bak senjata semu tak berapi dalam genggaman
‘Tuk selamatkan pengguna jalan di tiap ujung kelokan
‘Tuk beri rasa aman kala jalan tak sedang tentram
Ucap kasih satu dua hanya terucap, berapa receh tertangkap
Kaku kaki merayap-rayap, tak kenal kata tak tegap
Senja pun kini tak lagi jadi akhir kata untuk pulang
Tubuh pun telah bersahabat dengan dinginnya malam
Demi butir padi yang melambai pada keringat bercucuran
Entah hidup apa sedang meratap pada atap yang retak
Atau menangis dalam sesal yang baru terasa sesak
Pada butir ilmu yang runtuh sejak kapan dalam kotak
Tak peduli lagi tuan pun puan
Aku hanya ingin segenggam cuan!