Untuk teman-teman pengguna media sosial aktif, terutama Twitter, siapa yang tahu kejadian tahun lalu tentang fans Kpop yang mati-matian membela idolanya? Kejadian itu ramai disebut sebagai “Safa Space” karena terjadi antara Safa dengan fans Kpop lain di fitur Space Twitter.

Berawal dari Safa yang menghina member NCT Dream, hinaan itu dibuat melalui akun Twitternya, yaitu @igotsafa. Fans lain yang membaca tweet-nya itu merasa tidak terima karena idolanya dihina, hingga akhirnya salah satu akun, yaitu @sabrina2322_ membuat forum melalui Space dengan nama “Safa Space”. Dalam forum itu mereka meminta Safa untuk membuat permintaan maaf di atas materai dan ditanda tangani oleh orang tua, serta meminta Safa untuk membuat video permintaan maaf.

Namun, Safa menolak permintaan tersebut yang mengakibatkan terjadinya perseteruan di antara mereka hingga salah satu akun, yaitu @Beflowerrr, menyebutkan bahwa ia akan membawa kasus tersebut ke meja hijau karena ia mengaku sebagai perwakilan Na Jaemin dan Huang Renjun.

Kejadian “Safa Space” ini akhirnya menjadi trending topic di Twitter dan banyak pengguna Twitter non-kpopers yang ikut membahasnya.

Nah, kira-kira kenapa fans Kpop bisa bertindak sampai segitunya? Apakah @Beflowerrr benar-benar perwakilan Jaemin dan Renjun?

Dilansir dari alodokter.com, hubungan antara akun @Beflowerrr dengan Jaemin dan Renjun itu disebut dengan parasocial relationship. Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan hubungan satu sisi antara penggemar dengan idola, seperti selebritas, influencer, bahkan anime.

Tanda-tanda seseorang sudah dianggap mengalami parasocial relationship, ya, seperti akun @Beflowerrr tadi yang siap membela “anak-anak”nya sampai ke jalur hukum. Selain itu, tanda lainnya adalah fans merasa memiliki hubungan romantis dengan idolanya, bertanya-tanya apa yang sedang idolanya lakukan hingga mengecek akun media sosialnya setiap saat, dan mencari tahu kehidupan pribadi idolanya.

Dalam parasocial relationship ini, fans merasa bahwa idolanya itu bukan hanya berperan sebagai penghibur, tetapi juga sebagai seseorang yang ia kenal dekat. Horton dan Wohl (dalam Perbawani dan Nuralin, 2021) berpendapat bahwa kedekatan tersebut berkembang melalui interaksi dengan idola dari waktu ke waktu. Seiring berjalannya waktu, penggemar merasa memiliki keakraban dengan idola mereka. Para penggemar merasa bahwa hubungan mereka dengan idola bersifat tatap muka dan interpersonal.

Di samping image negatif tentang hubungan di atas, bukan berarti mengagumi seorang idola adalah hal yang dilarang. Jika kita bisa mengontrol perasaan yang muncul akibat dari hubungan tersebut, niscaya kita bisa mendapatkan hal positif. Misalnya, mengatasi rasa kesepian, stress, memiliki motivasi untuk melakukan hal-hal baik seperti yang dilakukan oleh idolanya, serta merasa memiliki support system.

Namun, tetap saja, interaksi dengan idola harus tetap dibatasi supaya tidak berdampak negatif terhadap kehidupan. Misalnya, memiliki harapan yang tidak realistis, seperti menikahi idolanya serta memiliki empati yang berlebihan hingga mengganggu mood sehari-hari.

Perlu digarisbawahi bahwa parasocial relationship tidak hanya terjadi oleh fans Kpop, tetapi juga fans-fans lain yang masuk ke definisi parasocial relationship.

So, bagaimana kabar Jaemin dan Renjun sekarang?

Beli Alat Peraga Edukasi Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here