Bagaimana sejarah peradaban dunia? Salah seorang Profesor di Universitas Cambridge mengungkapkan: “Sejarah yang tidak menjelaskan tentang segala kepentingan di masa kini, paling tidak sama dengan mereka yang mempelajari barang demi kesenangan diri.”
Oleh karena itu, sepintas nampaknya hanya menjelaskan masa lampau, tapi ya lebih dari pada itu. Hakikatnya, sejarah adalah rangkaian yang terbentuk dari hasil pemikiran yang memiliki pengaruh di masa akan datang.
Sama halnya dengan kemajuan peradaban di Kota Mesopatamia. Kerap kali kota tersebut menjadi perbincangan hangat tentang kemajuan yang melampaui zaman. Misalnya, soal perkembangan pengetahuan. Para ahli berlomba-lomba menjelaskan kota itu adalah sentral pengetahuan. Di antaranya, pertama kali menggagas huruf hiroglif, ilmu akuntansi, perumusan kalender, dan lain sebagainya.
Penciptaan yang disebut di atas, sangat berbuah di masa kini. Manusia tidak lagi kesusahan untuk melihat tanggal, menghitung keuangan, dan mengenal huruf. Barangkali, kita bisa membanyangkan apabila tidak ada hal tersebut, dapat dipastikan tidak ada peradaban dan khazanah intelektual sehingga peradaban manusia akan mengalami involusi.
Akan tetapi, sebelum membicarakan perihal Mesopatamia lebih jauh, ada kota yang juga tidak kalah besar dengan kota itu. Sebut saja “Kota Mohendjodaro dan Harappa” di sekitar Sungai Indus. Dua kota itu menyimpan sebuah kebudayaan yang menarik. Namun, sayang sekali tidak banyak peninggalan sejarah di kota itu. Tentu lenyapnya peninggalan sejarah sukar untuk dibicarakan ataupun dapat ditulis dalam tulisan yang ringan ini.
Cara Hidup Penduduk Lembah Sungai Indus
Semua dimulai dengan peran petani. Mereka bukan saja memproduksi pangan untuk dimakan. Dalam hal ini, petani memiliki peran dalam sejarah perkembangan manusia. Kata Sundhoro & Poedjio, penduduk hidup dari bahan makanan yang dihasilkan oleh petani yang bertempat tinggal di luar kota.
Artinya, petani memegang peran yang luar biasa bagi evolusi makhluk hidup. Banyak orang mengatakan tidak akan pernah berkembang pengetahuan jika perut tidak berisi. Sentral dari kesemuanya adalah petani, sama halnya seperti perkembangan di kota Mohendjodaro dan Harappa.
Akibat kebanyakan dari meraka adalah petani dan pertanian membutuhkan sistem irigasi, maka mereka menggunakan sungai indus sebagai salah satu sentral irigasi untuk menyalurkan air ke pertanian meraka. Pengelolaannya begitu baik dan rapi sehingga ketika musim hujan tidak mengalami banjir.
Di sisi lain, kehidupan mereka tidak hanya di bidang pertanian. Penyelidikan para sejarah kuno yang membuktikan adanya persamaaan antara Kota Mesopotamia dan daerah Sungai Indus dalam berbagai bidang, misalnya bidang pertanian, peternakan, dan pembuatan keperluan sehari-hari.
Disebut kembali oleh Sundhoro & Poedjio bahwa perkembangan perdagangan sangat pesat. Misalnya, barang hingga pangan yang diimpor dari daerah-daerah Laut Barat diantaranya emas, batu permata yang berharga, dan ikan. Aktivitas tersebut membuktikan bahwa sejak dulu daerah Sungai Indus bekerja sama dengan berbagai negara dengan sangat baik. Tujuannya tidak lain untuk mengembangkan ekonomi daerah tersebut.
Kehidupan di Kota Kota Mohendjodaro dan Harappa
Tentu jikalau ingin membicarakan Sungai Indus kita tidak boleh absen untuk membicarakan “Kota Mohendjodaro dan Harappa”, dua kota yang telah disebutkan di muka. Bahkan, sebagian orang menyebutkan dua kota tersebut adalah kota yang menyimpan kebudayaan daerah Sungai Indus.
Harappa adalah kota yang memiliki sistem pemerintahan tertib dan rapi dibandingkan dengan kota lainnya. Bahkan, rakyat dan pemerintahan makmur sejahtera dan kesemuanya mematuhi peraturan yang ada. Kebersihan dan keamanannya dikontrol dan dijaga sesuai dengan peraturan yang sudah ada.
Selain itu, karena sistem pemerintahan sudah baik, Harappa dikenal sebagai kota mitra dagang dengan peradaban Mesir dan Mesopotamia. Tidak mengherankan jika daerah Sungai Indus memiliki perkembangan perdagangan yang begitu pesat. Sebab, relasi perdagangan saja dengan salah satu kota yang memiliki pusat peradaban yang luar biasa.
Kota Mohendjodaro adalah kota terbesar, yang disebut-sebut hanya mampu dihuni bagi orang kaya saja. Salah satu di antara buktinya adalah bangunan rumah berasal dari batu-bata, ukurannya sekitar 25×29 M dengan kemewahan yang luar biasa. Beberapa menyebutkan dalam satu rumah bisa jadi terdapat satu kamar tamu, satu kamar makan, satu kamar mandi, dan beberapa kamar tidur. Oleh karena itu, sering kali orang-orang meyebutnya sebagai “Metropolis Kuno di Lembah Indus”.
Kedua kota tersebut terpisah tidak menjadi satu daerah, taapi tetap pada daerah Sungai Indus. Dua kota tersebut memiliki artefak yang mirip, namun sayang tidak banyak literatur yang menjelaskan hal itu. Hanya diungkapkan bahwa keduanya memiliki kesamaan soal artefak ataupun bangunannya.
Kebudayaan Sungai Indus dan Penerusnya
Peradaban yang terdapat di Sungai Indus berkembang sekitar abad ke-30 SM. Setidaknya, pasca waktu itu peradaban Sungai Indus memiliki komunikasi dengan salah satu kota yang tersohor akan kebudayaannya, yakni Mesopatamia.
Semua menyakini bahwa tidak ada peradaban jika tidak dimulai dengan peradaban kuno. Sebab, apa yang kita rasakan hari ini adalah jerih payah para terdahulu. Maka dari itu, perlu untuk mempelajari sejarah agar tak mudah berucap.
Menurut Sundhoro & Poedjio, sekitar puluhan tahun yang lalu para sarjana sedikit demi sedikit mulai mempelajari bahkan mengulik sejarah Sungai Indus dan perkembanganya. Ternyata, terjawab bahwa peradaban yang dibangun oleh para terdahulu Sungai Indus tidak musnah.
Bahkan, ditemukan alat–alat yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari, diantaranya alat dapur, cara membuat gerobak, alat pertanian, dan pakaian yang digunakan oleh orang-orang Sungai Indus.
Menukil kembali kata Sundhoro & Poedjiobahwa, model pakaian orang-orang Sungai Indus menarik perhatian orang-orang Hindu. Bahkan, dalam upacara keagaaman dan penyembahan para dewa, mereka memakai pakaian khas orang-orang Indus.
Artinya, perdaban Sungai Indus tidak pernah musnah. Akan tetapi, peninggalan sejarahnya tetap ada yang meneruskan. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Hindu dalam menjaga peninggalan sejarah. Kalau bukan mereka dan kita, siapa lagi yang mejaga peninggalan sejarah itu.