Sebagai seorang yang sangat rajin mengikuti perkembangan cerita dari serial One Piece, peristiwa dua minggu belakangan ini cukup membuat gusar otak imajinatif saya.
Bagaimana tidak, kebejatan kelompok marinir dan pemerintah dunia di dalam serial itu ternyata sungguh terjadi di dunia nyata.
Terutama kelompok marinir yang bagi saya sudah seperti roh jahat, keluar dari layar monitor dan merasuki setiap individu kepolisian, kelakuannya sama persis! Hal ini membuat saya khawatir, karena marinir itu selalu menghalangi bajak laut topi jerami dalam menguak misteri dunia dan mencapai “one piece”.
Saya yang juga bermimpi dapat mengubah dunia, sama sekali tidak berani membayangkan ketika berpraktik layaknya Robin yang mengetahui rahasia dunia—yang selama hidupnya harus diburu oleh CP0.
Hanya saja mungkin dalam dunia nyata, saya harus berurusan dengan sejumlah intel yang datang silih berganti, atau mungkin popor senjata.
Untuk itu, saya sangat menyarankan setiap individu kepolisian untuk membaca atau menonton “One Piece” agar tidak terjebak dalam konspirasi kekuasaan pemerintah dunia. Berikut alasannya.
Pertama, “One Piece” mengajarkan kepada kita untuk melihat segala sesuatu dengan utuh dan tidak biner—pemerintah dunia tidak sepenuhnya benar. Dalam petualangannya, Luffy cs yang mengarungi samudera selalu dihadapkan kepada masalah-masalah yang justru timbul akibat ulah pemerintah dunia.
Sebut saja dalam Arc Arlong Park, Luffy harus berhadapan dengan kelompok bajak laut Arlong—sebuah kelompok yang seluruhnya diisi oleh manusia ikan—yang mengambil alih sebuah desa dan melakukan praktik monopoli di tempat tersebut.
Kelompok ini dipimpin oleh seorang manusia ikan hiu gergaji yang memiliki masa lalu kelam penuh diskriminasi sebagai salah satu ras minoritas dalam dunia “One Piece”.
Kelompok ini memiliki kebencian terhadap manusia akibat ulah pemerintah dunia—melalui marinirnya, membunuh pahlawan manusia ikan yang telah menyelamatkan mereka dari perbudakan yang dilakukan oleh Tenryuubito. Tenryuubito adalah kelompok bangsawan manusia yang dianggap suci dan menjadi pemimpin dunia.
Pada kisah ini (dan kisah lainnya yang memiliki pola sama), posisi pemerintah dunia yang melindungi Tenryuubito sudah jelas adalah perbuatan yang salah. Kesalahan ini terjadi karena mereka dengan seenaknya menjadikan ras manusia ikan bersama ras lainnya sebagai budak.
Marinir, yang menjadi alat kekerasan bagi pemerintah dunia, mau tidak mau menjadi anjing pesuruh bagi kepentingan sepihak Tenryuubito yang merasa terganggu akibat “mainannya” direbut. Dalam hal ini, polisi dapat melakukan refleksi diri agar tidak sembarangan mengerjakan perintah dari atasan.
Siapa tau perintah tersebut merupakan ekspresi kegusaran dari oligark yang kekuasaannya terganggu, terlebih dalam situasi seperti sekarang.
Kedua, One Piece juga memperlihatkan cara untuk mengalahkan kejahatan—yaitu dengan berkerja sama. Seluruh villain yang ada bukanlah sosok yang remeh-temeh—ya, setidaknya berdasarkan kekuatan yang dimiliki oleh Luffy cs pada waktu itu.
Sering kali, sosok villain yang harus dihadapi oleh Luffy cs juga merupakan sosok ancaman bagi pemerintah dunia.
Akhirnya, untuk mengalahkan villain super menyebalkan itu, kelompok topi jerami baik secara langsung maupun tidak, harus bekerja sama dengan kelompok marinir—dan mau tidak mau, kelompok marinir juga harus bekerja sama untuk mengalahkan sang villain.
Bagaimana tidak, wong ternyata marinirnya juga tidak sanggup melawan sendiri xixixi. Layaknya serial shonen pada umumnya, dengan sedikit bantuan dan nakama power yang tidak terlalu berlebihan serta sejumput keberuntungan, villain kuat dapat dikalahkan.
Sebagai contoh kita bisa melihatnya pada Arc Alabasta, Punk Hazard, Dressrosa, bahkan pertempuran di God Valley yang menjadi saksi kepahlawanan seorang mariner. Ia adalah Monkey D Garp, yang berhasil mengalahkan bajak laut super jahat pimpinan Rocks D Xebec.
Pada pertempuran itu, Garp dibantu oleh sang raja bajak laut, Gol D Roger! Melalui kisah yang tertuang dalam beberapa Arc tersebut, seharusnya polisi belajar untuk memahami tujuan baik orang lain walau dengan cara yang berbeda.
Sebagaimana Garp yang bersedia bekerja sama, polisi juga harus bersedia memahami barisan rakyat dan mahasiswa yang menuntut kebaikan bagi dirinya dan semua orang. Jangan dibanting dan dipukuli lagi ya, Pak!
Ketiga, bagi saya bagian terpenting dari cerita One Piece ini adalah alur ceritanya yang mengarah pada satu kesimpulan—perubahan harus dilakukan. Kita bisa merunut dengan jelas bagaimana perubahan itu terjadi.
Kunci pentingnya adalah memahami sejarah dunia. Eiichiro Oda si jenius pencipta One Piece, dengan sempurna menceritakan latar sejarah dunia One Piece yang membuat cerita ini menjadi sangat kompleks dan unik—masterpice!
Dinamika sejarah dalam dunia One Piece dapat dibagi menjadi 3 bagian penting, yaitu pada abad kekosongan, pemerintah dunia, dan era bajak laut. Ketiga bagian sejarah itu berubah seiring dengan terjadinya monopoli kekuasaan.
Akhirnya, kelompok yang paling merasakan dampak berbalik menghimpun kekuatan dan melakukan perubahan. Pada era terkini, poros kekuataan terbagi menjadi tiga yaitu pemerintah dunia, bajak laut, dan kelompok revolusioner.
Pada era sebelumnya perubahan dimotori oleh kelompok pemerintah dunia kemudian berlanjut kepada kelompok bajak laut mula-mula. Era ini perubahan mungkin datang dari menyatunya ketiga poros kekuatan itu ke dalam sebuah aliansi kebenaran—marinir yang patriotik, bajak laut yang mengimani kebebasan, bersatu dengan revolusioner yang menuntut perubahan.
Alasan ketiga ini sangat berkaitan dengan alasan pertama dan kedua: polisi kudu mengerti bahwa semua hal di dunia itu tidak biner. Termasuk institusinya yang tidak bisa dipandang sepenuhnya mewakili keadilan, dan mau memahami perjuangan yang dilakukan orang lain serta tidak bertindak sak karepe dewe.
Maka dari itu, keadilan dapat diperjuangkan bersama-sama. Saya rasa, bagian ketiga ini mengajarkan kepada kita semua untuk tidak berpikir statis dan mesti dialektis. Polisi tidak boleh alergi terhadap kata “perubahan”, karena sesungguhnya yang diam itu hanyalah ketiadaan.
Melalui One Piece, polisi dapat belajar berpikir dialektis, cara yang baik untuk terhindar dari transformasi menjadi robocop.
Melalui tiga alasan itu, saya pikir polisi dapat meruqyah dirinya sendiri dari roh jahat “anjing pemerintah dunia” dan menjadi selayaknya aparatur yang berfungsi untuk menjaga nilai-nilai keadilan.