Peringkat minat baca masyarakat Indonesia yang rendah masih menjadi tugas yang belum selesai. Kebutuhan literasi masih perlu digiatkan untuk memenuhi janji negara dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Memikirkan hal itu kembali, lalu bagaimanakah kondisi literasi saat ini?
Pertanyaan ini menjadi pemantik dalam perbincangan DialogIN bertema “Memajukan Literasi, Menghalau Distraksi” yang berlangsung pada akhir September lalu. Agenda ini diselenggarakan dalam rangka memperingati HUT PT. Citila Intrans Selaras Grup, sekaligus bersamaan dengan Hari Kunjung Perpustakaan 2022.
Dikemas dalam diskusi ringan, agenda ini disiarkan secara langsung melalui akun Instagram Intrans Publishing. Menghadirkan salah satu pegiat literasi dalam komunitas Read Aloud Malang Raya, Noviana Indah TW, SS., sebagai narasumber bersama Janwan Tarigan selaku host.
Keadaan literasi yang rendah sangat memprihatinkan, ya. Terlebih lagi Indonesia masuk pada peringkat kedua terendah menurut UNESCO. Kendatipun begitu, perkembangan minat baca masyarakat saat ini ternyata semakin membaik dibanding sebelumnya, loh.
Noviana menyebutkan belakang ini tingkat literasi masyarakat Indonesia sudah mulai berkembang, mulai bermunculan pihak-pihak yang ikut mendukung. Menurutnya, dari kacamata komunitas Read Aloud sendiri, kemajuan ini dapat ditilik dari mulai munculnya penerbit-penerbit baru dan komunitas yang bertambah.
Gerakan literasi juga lebih banyak diperhatikan, terutama instansi-instansi pendidikan. Selain itu, orang tua juga sudah menyadari dan peduli terhadap pentingnya literasi yang perlu dikonsumsi oleh anak. Dibandingkan dari sebelumnya, kegiatan literasi masih dianggap hanya sebagai kewajiban sekolah.
Padahal laiknya bekal hidup, literasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Bukan hanya sebatas teks yang dibaca semata, tetapi juga memiliki makna, menjadi pedoman serta pendidikan. Tentang apa saja? Apa saja! Nah, hal tersebut bisa didapatkan melalui buku sebagai salah satu wujud literasi.
Salah satu contohnya, seperti sebuah buku yang diterbitkan oleh Madani, sebuah lini penerbitan yang berada di bawah naungan Intrans Publishing yang berfokus pada bidang pendidikan.
Buku tersebut berjudul Metode Pengasuhan Anak: Membangun Lingkungan Positif Berbasis Partisipasi dan Kearifan Lokal yang ditulis oleh Dr. Mohammad Mahpur, M.Si., dkk. Buku ini berisi tentang bagaimana proses mengasuh dan mendidik anak secara tepat.
Dalam pendidikan anak juga perlu ditanamkan motivasi budaya literasi. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah melalui cerita yang menyenangkan dan menarik. Misalnya, seperti dalam buku cerita Naura dan Masker Kakek yang ditulis oleh Shofi Nur Rahmah.
Buku tersebut diterbitkan Biru Langit—lini penerbit di bawah naungan Intrans Publishing yang berfokus pada buku anak dan parenting. Selain menyuguhkan cerita yang menarik, buku tersebut juga memiliki ilustrasi gambar yang menarik. Hal inilah yang menjadi komponen penting pula dalam buku cerita anak.
Perpustakaan juga ikut andil dalam meningkatkan motivasi anak, khususnya terkait budaya literasi. Perpustakaan berpartisipasi dalam mewujudkan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan bagi anak untuk membaca.
“Saat ini, banyak perpustakaan yang menambah space baru guna meningkatkan literasi, serta menjangkau lebih luas. Perpustakaan dibuat semenarik mungkin, contohnya seperti adanya ruangan khusus bagi anak dan fasilitas permainan. Selain itu, mungkin juga bisa dibuat space khusus untuk remaja dan dewasa. Perpustakaan bisa menjadi one stop untuk orang-orang yang membutuhkan informasi,” ujar Noviana dalam DialogIN kala siang itu.
Kehangatan begitu mengalir pada sela-sela perbincangan yang kian menarik ini. Deretan pertanyaan pun kini menjelma seperti ninja. Kian cepat gerakannya, tanpa disadari.
“Lalu, bagaimana kabar literasi di era digital ini?” Intisari dari sebuah pertanyaan yang kemudian dilontarkan host, melanjutkan perbincangan yang belum berakhir.
Berbicara mengenai hal itu, tentu ada kelemahan dan keuntungan. Di samping semakin tergesernya budaya baca buku cetak, Noviana berpendapat kehadiran era digital ini juga memudahkan untuk berkomunikasi. Hal inilah yang perlu dimanfaatkan sebaik mungkin, contoh wujudnya seperti dengan adanya buku digital atau e-book.
Perpustakaan perlu diselaraskan dengan digitalisasi. Bahkan, beberapa perpustakaan pun juga menyadari akan perkembangan digitalisasi ini. Menurut peninjauan, bahkan banyak perpustakaan yang memanfaatkan teknologi digital berbasis online.
Keterampilan juga tidak hanya melulu melalui buku. Namun, hal itu juga bisa didapatkan dari video dan alternatif lain. “Adanya perubahan era digitalisasi harusnya kita bukan menolak, tetapi mencari dari sisi baiknya,” tukas Noviana.
Pernyataan itu kesan terakhir menjelang menjelang akhir dari agenda DialogIN kali ini. Tak terasa kurang lebih tiga puluh menit lamanya perbincangan seputar literasi berlangsung.
Baskara kian terang dengan bersinar. Agenda pun ditutup dengan tradisi senyum sapa dua insan. Sampai jumpa kembali di lain hari.
“Jangan sampai malas untuk membaca. Membaca sangat diperlukan untuk kehidupan kita. Dengan membaca kita mampu memahami dunia. Teruslah membaca. Ayo.. majukan literasi!” —Noviana Indah TW, SS.