Hembusan angin malam menjadi pelengkap pertemuan itu. Tumpahan cahaya cukup remang, tetapi memiliki atmosfer yang hangat. Begitulah sekilas suasana yang kami rasakan saat malam Tadarus Puisi.
Puisi seyogyanya adalah sekumpulan kesan, perasaan, ekspresi yang tumpah dalam bongkahan kata. Anak manusia mana pun tak akan menolak untuk menikmatinya. Seperti pada malam itu, Rabu 6 April 2022 di Mesem Cafe & Art Gallery Tumpang sekitar 25 orang menghadiri acara bertajuk Tadarus Puisi.
Acara dimulai sekitar pukul 20.30. Lampu-lampu bergantian dimatikan, susana gelap pun menyelimuti. Musikalisasi puisi menjadi pembuka pada malam itu. Selanjutnya, Satu-persatu peserta kemudian membacakan puisinya masing-masing.
Beberapa puisi yang dibacakan berjudul “Singgah Singgah”, “Pengembara Kutub”, “Angin”, dan masih banyak judul lainnya yang tak dapat disebutkan satu-persatu. Pertunjukan yang paling menarik pandangan mata adalah pembacaan puisi dengan iringan alat musik petik dan tiup. Pasalnya, penampilan ini mempertontonkan sebuah mahakarya yang apik. Suara-suara unik yang berasal dari atas panggung berhasil memukau para hadirin.
Sejak tahun 2019 Tadarus Puisi sudah berjalan, tepat sebelum adanya pandemi. Tujuan digelarnya acara semacam ini adalah untuk menambah apresiasi sastra di kalangan masyarakat Tumpang. “Kegiatan ini sebagai pancingan (booster), agar semakin banyak masyarakat Tumpang khususnya kaum muda yang mengapresiasi sastra”, ucap Nur sebagai salah satu penggelar acara.
Tadarus Puisi kemudian berlanjut hingga sekitar pukul 22.00. Malam pun larut dan acara segara ditutup. Semua hadirin telah mengantongi perasaannya masing-masing berkat malam puisi yang berkesan. Semakin larut, panggung dan kursi hadirin perlahan sepi. Suasana menjadi lebih temaram, tanda bahwa acara benar-benar berakhir.